Minggu, 8 Des 2024

Alasan Mengapa Generasi Sandwich Lebih Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental Saat Bekerja

Posisi mereka sebagai “generasi perantara” menempatkan mereka pada tekanan keuangan, tuntutan tanggung jawab, dan beban emosional yang berat.

ESG IndonesiaGenerasi sandwich adalah mereka yang berada dalam situasi kompleks karena harus menghidupi dua generasi sekaligus orang tua yang menua dan anak-anak yang masih dalam tanggungan. Posisi mereka sebagai “generasi perantara” menempatkan mereka pada tekanan keuangan, tuntutan tanggung jawab, dan beban emosional yang berat.

Hal ini menyebabkan banyak individu dari generasi ini rentan mengalami gangguan kesehatan mental, terutama saat bekerja. Mengapa demikian? Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan generasi sandwich lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental dalam dunia kerja.

1. Tekanan Finansial yang Tinggi

Salah satu alasan utama mengapa generasi sandwich merasa tertekan adalah karena tuntutan finansial yang cukup besar. Mereka harus mengatur keuangan untuk mendukung orang tua yang sudah tidak bekerja, termasuk kebutuhan kesehatan dan perawatan yang sering kali membutuhkan biaya besar. Di saat yang sama, mereka juga harus membiayai kebutuhan anak-anak, seperti pendidikan, kebutuhan sehari-hari, dan biaya tambahan lainnya.

Tekanan finansial ini menyebabkan mereka sering merasa cemas dan khawatir mengenai keuangan, terutama jika penghasilan mereka terbatas. Banyak dari mereka merasa tidak memiliki dana yang cukup untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan mereka sendiri, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan mental mereka. Tekanan ini bisa menyebabkan kecemasan dan stres yang memengaruhi produktivitas dan kenyamanan saat bekerja.

2. Tuntutan Pekerjaan yang Tinggi

Di tempat kerja, generasi sandwich dihadapkan pada tuntutan untuk tetap produktif dan profesional, meskipun mereka memiliki banyak tanggung jawab di luar pekerjaan. Bagi mereka yang memiliki karier, tekanan untuk mencapai target, memenuhi tanggung jawab, dan menjaga performa tetap tinggi sering kali menjadi beban yang menguras tenaga.

Akibatnya, generasi sandwich merasa terjebak di antara tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Mereka sering kali merasa harus berkorban, baik dari segi waktu maupun energi, yang akhirnya mengakibatkan ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Keterbatasan waktu dan energi ini membuat mereka rentan mengalami burnout, yang berdampak pada kesehatan mental mereka.

3. Kurangnya Dukungan Sosial

Di tengah tanggung jawab yang berat, dukungan sosial menjadi faktor penting bagi kesejahteraan mental seseorang. Namun, tidak semua anggota generasi sandwich memiliki dukungan yang memadai, baik dari pasangan, keluarga besar, atau teman dekat. Banyak dari mereka yang merasa sendirian dalam mengatasi beban ini, karena tidak semua orang memahami situasi yang mereka hadapi.

Kurangnya dukungan sosial membuat mereka tidak memiliki tempat untuk berbagi beban atau mencari solusi. Akibatnya, mereka merasa kesepian dan terisolasi, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mental mereka. Perasaan terisolasi ini juga membuat mereka merasa kewalahan dan sulit untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

4. Kesulitan dalam Menjaga Work-Life Balance

Work-life balance adalah hal yang penting bagi kesehatan mental. Namun, generasi sandwich sering kali merasa sulit untuk mencapai keseimbangan ini. Mereka harus membagi waktu antara pekerjaan, merawat orang tua yang sudah lanjut usia, dan mengurus anak-anak. Dalam banyak kasus, mereka harus mengorbankan waktu pribadi untuk memenuhi tanggung jawab mereka.

Kesulitan dalam menjaga work-life balance ini mengakibatkan mereka kehilangan waktu untuk istirahat, bersosialisasi, atau melakukan aktivitas yang dapat membantu mereka melepaskan stres. Keseimbangan yang tidak terjaga ini pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental mereka, meningkatkan risiko kecemasan, kelelahan emosional, dan depresi.

5. Tekanan Emosional yang Tinggi

Merawat orang tua yang sudah lanjut usia bisa menjadi beban emosional tersendiri. Generasi sandwich sering kali merasa cemas tentang kesehatan orang tua mereka, terutama jika orang tua memerlukan perawatan khusus. Di saat yang sama, mereka juga merasa bertanggung jawab untuk memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka agar mereka tumbuh dengan baik.

Perasaan tertekan dan kewalahan ini dapat menyebabkan generasi sandwich mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Mereka merasa seolah-olah tidak bisa memenuhi semua tanggung jawab dengan baik, yang pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak berdaya dan rendah diri. Kondisi ini bisa mengganggu konsentrasi dan produktivitas mereka di tempat kerja.

6. Ketidakpastian Masa Depan

Generasi sandwich sering kali merasa cemas mengenai masa depan mereka sendiri. Dengan tanggung jawab yang besar untuk menghidupi dua generasi, mereka merasa sulit untuk menabung atau mempersiapkan diri untuk masa pensiun. Kekhawatiran mengenai kesiapan finansial di masa tua ini menjadi beban pikiran yang cukup berat.

Mereka mungkin merasa tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk merencanakan masa depan mereka sendiri karena terlalu fokus memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anak. Ketidakpastian mengenai masa depan ini dapat menambah beban mental mereka, menyebabkan rasa cemas yang terus-menerus, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.

7. Stigma Mengenai Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Banyak anggota generasi sandwich yang enggan mengungkapkan masalah kesehatan mental mereka di tempat kerja. Stigma terhadap gangguan kesehatan mental masih kuat di banyak lingkungan kerja, sehingga mereka merasa takut dianggap tidak mampu atau kurang produktif. Akibatnya, mereka menyimpan beban ini sendiri tanpa mencari bantuan yang sebenarnya mereka butuhkan.

Stigma ini membuat generasi sandwich merasa kesulitan untuk mencari solusi atau dukungan yang memadai. Mereka merasa harus kuat dan menanggung semua beban ini sendiri, yang pada akhirnya memperburuk kondisi kesehatan mental mereka. Tanpa dukungan yang tepat, mereka lebih rentan mengalami burnout atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Generasi sandwich menghadapi tantangan unik dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Tekanan finansial, tuntutan pekerjaan, dan tanggung jawab merawat dua generasi membuat mereka lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Dukungan sosial, kemampuan mengelola waktu, dan pemahaman dari lingkungan kerja sangat diperlukan untuk menjaga kesejahteraan mental mereka. Dengan solusi yang tepat dan dukungan yang memadai, generasi sandwich dapat mengurangi tekanan yang mereka alami dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.