Rabu, 13 Nov 2024

Wisatawan Bisa Terapkan Tunjangan Karbon Pribadi Demi Cegah Perubahan Iklim

Setiap wisatawan atau orang berpergian diyakini bisa membantu mencegah perubahan iklim berkelanjutan dengan menerapkan tunjangan karbon pribadi atau dikenal dengan istilah personal carbon allowances.

Sebuah laporan dari perusahaan perjalanan, Interpid Travel mengungkapkan bahwa saat ini sudah saatnya berhenti menganggap krisis iklim sebagai ancaman jangka panjang, sebab krisis ini sudah terjadi di depan mata.

Laporan dari perusahaan perjalanan tersebut mengatakan bahwa diperlukan tindakan yang lebih ketat agar perjalanan bisa lebih baik tanpa harus merusak alam.

Salah satu pendiri dan ketua Intrepid Travel Darrell Wade mengatakan bahwa dampak langsung dan bencana dari perubahan iklim sudah terlalu lama dipandang sebagai sesuatu yang masih jauh di masa depan. Namun hal ini bukan lagi peristiwa yang akan terjadi, tetapi itu sedang terjadi sekarang.

Saat ini, perjalanan ramah lingkungan saja tidak cukup. Sangat diperlukan kesadaran tiap individu setiap kali melakukan perjalanan.

Laporan itu mengklaim bahwa langkah-langkah yang digambarkan sebagai tindakan ‘drastis’ mungkin akan diterapkan di masa depan. Bisa jadi langkah drastis itu salah satunya berupa tunjangan karbon pribadi atau personal carbon allowances.

Saat ini, anggaran karbon global terhitung hingga 2050 mencapai 750 juta ton. Batasan karbon ini kemungkinan besar bisa diterapkan ke individu yang akan melakukan perjalanan pada 2040 mendatang.

Aturan ini nantinya menentukan jumlah yang bisa digunakan setiap orang. Kemungkinan besar tunjangan karbon ini akan dilacak melalui paspor masing-masing individu.

Kendati begitu, aturan ini belum benar-benar berlaku. Bagaimana penerapannya pun belum ditetapkan. Semua yang saat ini dibicarakan murni berupa prediksi.

Dalam laporan yang dibuat atas kerja sama dengan The Future Laboratory ini juga dibahas dampak perubahan iklim terhadap pilihan destinasi liburan masing-masing individu.

Kebakaran hutan di Yunani, Tenerife, dan Portugal tahun ini memberikan gambaran suram bagi masa depan Mediterania. Laporan tersebut mengatakan bahwa Mediterania bisa menjadi destinasi yang ‘punah’.

Menurut prediksi dari perusahaan perjalanan Tui, wisatawan juga kemungkinan akan mulai memilih destinasi yang lebih sejuk. Hal ini karena panasnya Mediterania yang semakin tak tertahankan.

Tui kemungkinan akan mengalihkan fokus mereka ke negara-negara dan destinasi Nordik seperti Belgia dan Belanda.

Advantage Travel Partnership baru-baru ini juga telah melakukan survei terhadap 2 ribu warga Inggris. Dari survei itu ditemukan bahwa 62 persen peserta berusia 18-24 tahun akan mempertimbangkan kembali tujuan perjalanan karena iklim. Sementara 70 persen akan menyesuaikan waktu perjalanan mereka.