Pakar Sebut Tingkat Deforestasi Hutan Amazon Capai 17%
ESG Indonesia – Pakar Genetika Ekologi dari IPB University, Prof Ronny Rachman Noor mengatakan jika tingkat deforestasi hutan Amazon sudah mencapai 25 persen dan mengalami peningkatan suhu rata rata periode pra industri maka Amazon sudah dalam keadaan kritis.
Kondisi saat ini tampaknya sudah mengarah ke titik kritis karena saat ini 17 persen Amazon telah digunduli dan suhu global berada di atas suhu pra industri.
“Data empiris menunjukkan bahwa kekeringan ekstrim tahun ini memicu kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali. Disamping itu tingkat kematian satwa liar seperti lumba lumba yang menghuni danau di Amazon semakin meningkat akibat suhu air mencapai 40,9 derajat celcius,” ujar Ronny dalam keteranganya, dikutip Jumat (4/1).
Menurut dia, kekeringan ekstrim yang menimpa Amazon ini telah berdampak langsung pada kehidupan penduduk yang tinggal di kawasan ini karena sumber air dan pangan berkurang drastis hingga terganggunya transportasi akibat sungai yang mengering.
“Kerusakan hutan Amazon akibat aktivitas manusia ini seharusnya dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia karena terdegradasinya lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati dan hewan ini akan berdampak pada kelangsungan hidup generasi mendatang,” ungkap Prof Ronny.
Dia menyampaikan, penyebab utama kehancuran ekosistem Amazon ini adalah aktivitas manusia yang lebih mengedepankan kepentingan ekonomi jangka pendek. Seperti masuknya perusahaan raksasa pertambangan, pertanian dan peternakan yang menyisakan sengsara dan nestapa bagi penduduk asli yang hidupnya tergantung pada keberadaan hutan tropis ini.
“Kerusakan hutan dalam skala besar yang telah terjadi puluhan tahun ini dikombinasikan dengan kekeringan menjadikan Amazon diambang kehancuran yang tidak akan pernah terpulihkan kembali,” jelasnya.