Senin, 14 Okt 2024

Perkembangan Perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam Transisi Energi Hijau

Indonesia memiliki target ambisius dalam Kebijakan Energi Nasional untuk mencapai 23% penggunaan energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025.

ESG Indonesia – Transisi energi hijau menjadi agenda penting bagi banyak negara, termasuk Indonesia, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan tingkat emisi karbon yang tinggi, telah mulai melakukan langkah-langkah signifikan untuk beralih dari penggunaan energi berbasis fosil menuju energi terbarukan. Sejumlah perusahaan besar di Indonesia mulai berperan aktif dalam transisi ini.

Indonesia memiliki target ambisius dalam Kebijakan Energi Nasional untuk mencapai 23% penggunaan energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 sesuai dengan perjanjian Paris. Salah satu cara mencapai target ini adalah melalui keterlibatan aktif sektor swasta, khususnya perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan di berbagai sektor mulai merespons tuntutan untuk menjalankan bisnis yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berikut adalah beberapa perusahaan besar di Indonesia yang berkomitmen dalam transisi energi hijau:

a. Pertamina

Pertamina, perusahaan minyak dan gas milik negara, telah mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Pertamina berencana untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi bersih, seperti energi surya, panas bumi, dan bioenergi. Pada 2020, Pertamina meluncurkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa wilayah operasionalnya sebagai bagian dari komitmen energi terbarukan.

b. PLN (Perusahaan Listrik Negara)

PLN telah berkomitmen untuk meningkatkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Salah satu langkah nyata yang dilakukan PLN adalah pengembangan PLTS terbesar di Cirata, Jawa Barat, yang diperkirakan akan memasok 145 MW listrik. Proyek ini merupakan bagian dari upaya PLN untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran listrik nasional.

c. PT Freeport Indonesia

Perusahaan tambang raksasa ini telah mulai menjalankan program transisi energi hijau dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam operasionalnya. Freeport Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan pihak swasta untuk memperluas pemanfaatan tenaga air dari pembangkit listrik di wilayah Papua.

d. Astra International

Astra International, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, telah merumuskan strategi keberlanjutan yang mengarah pada pengurangan emisi karbon di seluruh rantai operasionalnya. Astra berfokus pada peningkatan efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan di pabrik dan fasilitas operasional lainnya.

Meski berbagai perusahaan di Indonesia telah mulai bergerak ke arah transisi energi hijau, perjalanan ini tidak bebas dari tantangan. Beberapa hambatan yang dihadapi antara lain:

1. Investasi yang besar

Pengembangan infrastruktur energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin, membutuhkan investasi awal yang sangat besar.

2. Regulasi yang belum stabil

Meski pemerintah telah menetapkan kebijakan terkait energi terbarukan, masih ada ketidakpastian regulasi yang membuat perusahaan ragu untuk melakukan investasi jangka panjang.

3. Kurangnya insentif

Banyak perusahaan merasa bahwa dukungan dan insentif dari pemerintah, baik dalam bentuk subsidi atau pengurangan pajak, masih kurang optimal untuk mendorong adopsi energi terbarukan.

Riset terbaru dari Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan bahwa lebih dari 50% perusahaan di Indonesia telah memulai langkah menuju energi terbarukan, meskipun masih pada tahap awal. Menurut laporan “Indonesia Energy Transition Outlook 2022” yang dirilis oleh IESR, perusahaan-perusahaan di sektor energi, transportasi, dan industri mulai menunjukkan minat yang besar dalam meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon.

Sebagai contoh, sektor industri semen dan baja mulai mengadopsi teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan bakar alternatif dan peningkatan efisiensi energi. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa dukungan pemerintah dalam hal regulasi dan insentif akan menjadi kunci untuk mempercepat transisi ini.

Dengan komitmen yang semakin kuat dari pemerintah dan sektor swasta, masa depan transisi energi hijau di Indonesia tampak cerah. Perusahaan-perusahaan di berbagai sektor semakin menyadari pentingnya energi terbarukan tidak hanya untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan investor asing akan menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan transisi energi hijau di Indonesia.

Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam transisi energi hijau menunjukkan langkah yang positif, meski masih menghadapi berbagai tantangan. Dengan komitmen kuat dari pemerintah dan sektor swasta, diharapkan Indonesia dapat mencapai target energi terbarukan dalam waktu dekat. Dukungan lebih lanjut dari kebijakan pemerintah dan insentif untuk energi bersih akan membantu mempercepat proses transisi ini.