Carbon black dari biomassa merupakan pasar baru dari pemanfaatan kelapa sawit yang mendukung Net Zero Emission.
ESG Indonesia – Menilik potensi biomassa yang melimpah dari kelapa sawit, periset Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Kismanto mengembangkan green carbon black sebagai bahan baku carbon black.
Carbon black ini dimanfaatkan sebagai pewarna dan penguat pada ban mobil dan belt, hoses, dan barang-barang bukan ban yang mengandung karet.
Agus menyampaikan, latar belakang penelitian ini karena perkebunan sawit adalah sumber biomassa yang luar biasa. Pelepah, tandan kosong, dan batang-batang sawit sisa replanting belum termanfaatkan dengan baik.
Inovasi ini menjadi pembahasan pada Monitoring dan Evaluasi Grant Riset Sawit sebagai Program Dukungan Dana Penelitian dan Pengembangan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun BRIN Bandung, Rabu-Kamis (10-11/1).
“Tandan kosong bisa 59 juta ton per tahun, jika diolah menjadi carbon black dapat menghasilkan sekitar 3 juta ton carbon black. Riset teknologi produksi carbon black dari biomassa kelapa sawit merupakan hal yang sangat menjanjikan untuk meningkatkan ekspor Indonesia,” jelas Agus dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN di Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Lebih lanjut Agus menyampaikan tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknologi produksi carbon black dari biomassa. Didahului dengan proses pirolisis biomassa, sehingga keekonomian proses produksi ini dapat tercapai.
“Carbon black dari biomassa merupakan pasar baru dari pemanfaatan kelapa sawit, mengingat selama ini hanya dari bahan bakar fosil. Tren ini akan cerah karena mendukung net zero emission yang merupakan prioritas saat ini,” terang Agus dalam paparannya.
Dirinya menerangkan, teknik produksi yang diusulkan adalah dengan melakukan proses gasifikasi tandan kosong pada temperatur yang rendah, sehingga terbentuk syngas dan pyrolysis oil atau tar. Syngas kemudian dijadikan bahan bakar di proses produksi, sedangkan pyrolysis oil dijadikan bahan baku.
“Produksi carbon black dari minyak pirolisa ini sangat bagus mengingat mutu sifat fisika minyak pirolisis yang sudah mendekati minyak berat,” jelasnya.
Pada riset tahun pertama telah menghasilkan kualitas carbon black yang dapat dipakai sebagai bahan baku sebagian pabrik ban (N770). Teknologi penyiapan bahan baku dan bahan bakar carbon black berupa pyro syngas yang berbasis tandan kosong kelapa sawit yang mana harus segera diwujudkan.
“Sebagai riset lanjutan, kami akan mengembangkan riset penyiapan bahan baku produksi pyro syngas dari tandan kosong kelapa sawit, riset optimasi produksi di reaktor carbon black menuju kualitas N110, serta riset carbon black pemanenan carbon black,” ungkap Agus.
Potensi Biomassa RI
Sebagai informasi, sumber biomassa berasal dari limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan, pengembangan dan pemanfaatannya melibatkan berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang yang beragam.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi biomassa di Indonesia diperkirakan mencapai sedikitnya 146 juta ton per tahun. Potensi ini meliputi berbagai jenis limbah pertanian, seperti jerami padi, sekam padi, limbah kayu, dan limbah kelapa sawit.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi biomassa dari limbah masyarakat dan industri. Limbah masyarakat, seperti sampah organik, dapat diubah menjadi biogas atau pupuk organik. Sedangkan limbah industri, seperti limbah kayu dari pabrik pengolahan kayu dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengklaim Indonesia memiliki potensi bioenergi bersumber dari biomassa yang sangat besar, setara dengan 56,97 Gigawatt (GW) listrik.
Biomassa secara karakteristik berbeda dengan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) lain seperti surya, angin dan air. Pemanfaatannya membutuhkan manajemen supply chain yang terarah, terukur dan sistematis. Oleh karenanya, diperlukan sinergi dan koordinasi dari berbagai pihak untuk dapat menyusun strategi percepatan pengembangan biomassa sebagaimana target yang telah ditetapkan.