Selasa, 3 Des 2024

Kondisi Alam Indonesia Jadi Tantangan Tercapainya SDGs

“Bencana alam memiliki dampak berantai yang menghambat tercapainya SDGs. Misalnya, kerusakan infrastruktur mempengaruhi akses terhadap pendidikan (SDG 4) dan kesehatan (SDG 3), sementara gangguan pada sektor pertanian memperburuk ketahanan pangan (SDG 2)”.

ESG Indonesia Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan alam yang melimpah serta keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun, di balik semua itu, kondisi alam Indonesia juga menghadirkan tantangan serius terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Tantangan-tantangan ini tidak hanya mempengaruhi aspek lingkungan, tetapi juga berdampak pada berbagai sektor sosial, ekonomi, dan tata kelola yang menjadi fokus SDGs.

ESG Indonesia akan mengupas berbagai aspek tantangan kondisi alam Indonesia dalam pencapaian SDGs, mulai dari bencana alam, deforestasi, hingga krisis air bersih, lengkap dengan data riset dan kutipan dari pihak terkait.

1. Bencana Alam yang Mengancam Pencapaian SDGs

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang paling rawan bencana alam di dunia. Lokasinya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar (Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik) membuat Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung berapi. Selain itu, cuaca yang ekstrem, terutama akibat perubahan iklim, turut meningkatkan frekuensi bencana banjir, longsor, dan kekeringan di berbagai wilayah.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2023 saja, Indonesia mengalami lebih dari 3.000 bencana alam yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang. Dampak dari bencana-bencana ini mencakup kerusakan infrastruktur, kehilangan tempat tinggal, hingga gangguan pada sektor pertanian yang mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

Dr. Bambang Suryono, pakar mitigasi bencana dari Universitas Gadjah Mada, menyatakan, “Bencana alam memiliki dampak berantai yang menghambat tercapainya SDGs. Misalnya, kerusakan infrastruktur mempengaruhi akses terhadap pendidikan (SDG 4) dan kesehatan (SDG 3), sementara gangguan pada sektor pertanian memperburuk ketahanan pangan (SDG 2).” Tantangan ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan bencana dalam agenda SDGs.

2. Krisis Deforestasi dan Degradasi Lahan

Hutan Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan merupakan paru-paru dunia. Namun, deforestasi terus menjadi tantangan yang signifikan. Konversi lahan untuk pertanian, perkebunan sawit, dan pertambangan telah mengurangi luasan hutan, yang berdampak pada penurunan biodiversitas serta peningkatan emisi gas rumah kaca.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dalam satu dekade terakhir, Indonesia kehilangan lebih dari 2 juta hektar hutan. Deforestasi ini berdampak langsung pada keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat adat yang bergantung pada hutan. Selain itu, hilangnya hutan juga memperburuk dampak perubahan iklim yang menghambat pencapaian SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) serta SDG 15 (Melindungi Ekosistem Daratan).

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengungkapkan bahwa “Pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan kunci dalam pencapaian SDGs di Indonesia. Tanpa upaya yang serius dalam mengurangi laju deforestasi, kita akan kesulitan mencapai target-target SDGs yang berkaitan dengan lingkungan.”

3. Tantangan Air Bersih dan Sanitasi

Kondisi geografis Indonesia yang luas dengan distribusi air yang tidak merata menyebabkan krisis air bersih di beberapa daerah. Wilayah timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua, sering kali mengalami kekeringan, sementara daerah perkotaan menghadapi tantangan terkait pencemaran air akibat limbah industri dan rumah tangga.

Data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan bahwa sekitar 27 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki akses ke sumber air bersih. Hal ini berdampak pada pencapaian SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) dan juga mempengaruhi kesehatan masyarakat, terutama dalam hal penyakit yang disebabkan oleh air kotor.

Menurut Ahmad Faizal, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, “Penyediaan akses air bersih yang merata menjadi tantangan besar, terutama di wilayah pedalaman. Upaya ini penting tidak hanya untuk mendukung SDG 6 tetapi juga sebagai dasar untuk mencapai tujuan SDGs lainnya.”

4. Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim

Indonesia menghadapi tantangan ketahanan pangan yang serius akibat kondisi alam dan perubahan iklim. Bencana alam seperti banjir dan kekeringan berdampak pada produktivitas pertanian, terutama di sektor padi, jagung, dan kedelai yang merupakan bahan pangan utama di Indonesia. Selain itu, perubahan pola curah hujan mempengaruhi musim tanam dan panen, yang membuat produksi pangan menjadi tidak stabil.

FAO (Food and Agriculture Organization) mencatat bahwa perubahan iklim diperkirakan akan mengurangi hasil panen padi di Asia Tenggara hingga 20% pada tahun 2050 jika tidak ada mitigasi yang serius. Di Indonesia, dampak ini terlihat pada menurunnya produksi beras di beberapa provinsi akibat anomali cuaca.

Haryono Agus, ahli pertanian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan, “Ketahanan pangan adalah kunci dari pencapaian SDG 2 (Tanpa Kelaparan). Namun, dengan kondisi alam yang semakin tak menentu, dibutuhkan inovasi dalam sektor pertanian untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup.”

5. Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat

Polusi udara, air, dan tanah juga menjadi tantangan dalam mencapai SDGs di Indonesia. Polusi udara di perkotaan, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan berdampak pada kesehatan masyarakat. Polusi ini berkontribusi pada peningkatan angka penderita penyakit pernapasan dan menjadi penghalang untuk pencapaian SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan).

Laporan dari Greenpeace Indonesia menunjukkan bahwa emisi dari kendaraan bermotor dan industri menjadi sumber utama polusi udara di Indonesia. Pemerintah telah berusaha untuk mengurangi polusi melalui regulasi emisi, tetapi tantangan dalam implementasi masih besar.

Kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumber daya tetapi rentan terhadap bencana dan degradasi lingkungan menjadikan pencapaian SDGs lebih kompleks. Tantangan ini memerlukan pendekatan yang holistik, termasuk mitigasi bencana, pengelolaan hutan berkelanjutan, penyediaan air bersih, ketahanan pangan, dan pengendalian polusi.

Dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, tantangan ini bisa diatasi sehingga Indonesia dapat mewujudkan visi pembangunan yang berkelanjutan.