Di tengah produksi yang melimpah hingga catat rekor tertinggi sepanjang sejarah, harga batu bara justru makin ambruk dan terpuruk.
Transisi energi dari bahan bakar fosil menuju energi baru terbarukan (EBT) secara tidak langsung membuat negara-negara di dunia mulai meninggalkan batu bara. Isu kencang mengenai energi bersih dalam memerangi climate change dan mengurangi emisi karbon jelas memberikan sentimen negatif terhadap harga komoditas ini.
Di sisi lain, produksinya yang melimpah ternyata tak sebanding dengan lemahnya permintaan, harga batu bara pun merosot tajam. Salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia ini juga disinyalir akan mengancam penerimaan pajak pemerintah. Bahkan mungkin windfall profit atau keuntungan tak terduga dari kenaikan harga komoditas tak akan terulang, di mana sebelumnya pada tahun 2022 penerimaan pajak yang didapatkan pemerintah sempat mencapai angka 116% dari target.
Pergerakan harga batu bara sangat penting bagi Indonesia mengingat komoditas tersebut salah satu penyumbang ekspor energi terbesar. Namun ambruknya harga batu bara sempat membuat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani was-was lantaran angkanya yang turun 63,8% dari awal tahun. Pihaknya pun memprediksi harga batu bara tahun depan hanya akan berada di kisaran US$ 155 per ton.
Sempat bertengger di posisi US$458 per ton pada September 2022, harga pasir hitam ini turun drastis ke posisi US$159 per ton pada awal September lalu. Anjloknya harga komoditas yang sempat jadi primadona ini disebabkan oleh banyak faktor. Di sisi supply, produksi batu bara dunia di kuartal tiga 2022 mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Misalnya India sebagai salah satu produsen batu bara dunia yang menggenjot produksi tumbuh hingga 16% dari 2021. Disusul Amerika Serikat dan Cina yang produksinya masing-masing tumbuh 3% dan 11%, kemudian ekspor Indonesia yang naik 14%. Melansir datanesia, ekspor Afrika Selatan ke Eropa sejak Agustus 2022 juga naik hampir enam kali lipat. Belum lagi pasokan Afrika Selatan dan Kolombia (jika digabungkan) telah mencapai 35% dari total impor batu bara Eropa.
Transisi menuju energi bersih juga membuat negara-negara di dunia kini mulai mengurangi pembangkit listrik batu bara dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, terlebih dengan adanya risiko geopolitik dari invasi Rusia ke Ukraina. Pengurangan besar-besaran itulah yang akhirnya membuat permintaan melemah dan membuat harga batu bara terjun bebas.
Mau tak mau, demi menuju energi bersih, Indonesia pun akan mengehentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap hingga 2040. Artinya, batu bara yang sempat menjadi primadona energi yang murah dan menjanjikan kini mulai redup dan ditinggalkan.