Konsep pertanian berkelanjutan ialah yang bertumpu pada tiga pilar yakni ekonomi, sosial, dan ekologi.
ESG Indonesia – Dalam menghadapi perubahan iklim, pertanian berkelanjutan merupakan salah satu strategi penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Adapun maksud dari pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan penggunaan energi yang lebih sedikit, minimalnya jejak ekologi, lebih sedikit barang kemasan, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, lebih sedikit bahan pangan terproses, kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan sebagainya.
Pertanian berkelanjutan bergantung pada pengembalian nutrisi ke tanah dengan meminimalisasi penggunaan sumber daya alam non-terbarukan seperti gas alam (yang digunakan sebagai bahan baku pupuk) dan mineral (seperti fosfat). Faktor yang paling penting dalam pendayagunaan sumber daya alam di suatu lahan adalah tanah, cahaya matahari, udara, dan air.
Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian. Konsep pertanian berkelanjutan ialah yang bertumpu pada tiga pilar yakni ekonomi, sosial, dan ekologi.
Berikut tiga dimensi pertanian keberlanjutan:
1. Kehidupan sosial manusia (people), keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar triple-p. Segitiga pilar pembangunan (pertanian berkelanjutan) dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Yang menjadi indikator utama dalam dimensi ekonomi ini ialah tingkat efisiensi ekonomi, dan daya saing juga besaran dan pertumbuhan nilai tambah termasuk dalam hal laba, serta stabilitas ekonomi.
2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis yaitu tercegahnya terjadinya konflik sosial, preservasi keragaman budaya serta modal sosio-kebudayaan, termasuk dalam hal perlindungan terhadap suku minoritas.
3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Dalam hal ini mencakup terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis atau sumberdaya genetik, sumber air dan agroklimat, sumberdaya tanah, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Melansir Dinas Pertanian Buleleng, pengembangan pertanian berkelanjutan tidak terlepas diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal, mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar.
Berikut indikator-indikator dalam pertanian berkelanjutan:
- Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai
- Membudidayakan tanaman secara alami
- Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian
- Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang
- Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian
- Memelihara keragaman genetik sistem pertanian
Pertanian berkelanjutan juga mengembalikan keragaman hayati, selain berdampak pada peningkatan taraf hidup petani kecil, pertanian berkelanjutan juga mengembalikan keragaman hayati.
Perubahan ke arah produksi padi dengan metode pertanian berkelanjutan, misalnya System of Rice Intensification (SRI) dan Integrated Pest Management (IPM) sering kali berdampak pada pemulihan fauna, seperti serangga, amfibi, dan ikan-ikan di ekosistem sekitarnya. Saat ini, petani-petani Indonesia melalui organisasi petani juga mulai bekerja sama secara langsung dengan pihak swasta.
Potensi besar untuk mengembangkan model bisnis dan penerapan lebih luas pun muncul dengan dukungan atau bekerja sama dengan perusahaan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pemerintah. Praktik pertanian berkelanjutan yang terkait pula dengan praktik keragaman hayati sekaligus saling menguntungkan antara perusahaan dan petani. Taraf hidup petani kecil pun meningkat.
Seperti diketahui, kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.