Senin, 16 Sep 2024

Mengenal Konsep Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu bantalan ekonomi bangsa sekaligus kekuatan negara di masa yang akan datang.

ESG Indonesia – Demi  terwujudnya kedaulatan dan kemandirian pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pertanian berkelanjutan, yakni pertanian yang tidak hanya berpatokan pada keuntungan finansial tetapi juga memperhatikan dampaknya pada alam dan masyarakat.

Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Sementara kedaulatan pangan adalah pemenuhan hak manusia atas pangan yang berkualitas dan sesuai dengan budaya lokal yang ada serta diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.

Adapun pertanian berkelanjutan secara ekonomi yaitu penggunaan energi yang lebih sedikit, minimalnya jejak ekologi, lebih sedikit barang berkemasan, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, lebih sedikit bahan pangan terproses, kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan lain sebagainya.

Sistem pertanian ini amat bergantung pada pengembalian nutrisi ke tanah dengan meminimalisasi penggunaan sumber daya alam non-terbarukan seperti gas alam (yang digunakan sebagai bahan baku pupuk) dan mineral (seperti fosfat). Sementara faktor yang paling penting dalam pendayagunaan sumber daya alam di suatu lahan adalah tanah, cahaya matahari, udara, dan air.

Lahan Pertanian
Ilustrasi Pertanian (Pixabay)

Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian. Konsep pertanian ini bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi.

Sementara konsep pembangunan yang berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, antara lain:

1. Kehidupan sosial manusia (people), keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar triple-p.  Segitiga pilar pembangunan (pertanian berkelanjutan) dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut.  Adapun yang menjadi indikator utama dalam dimensi ekonomi ini ialah tingkat efisiensi ekonomi, dan daya saing juga besaran dan pertumbuhan nilai tambah termasuk dalam hal laba, serta stabilitas ekonomi.

2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis yaitu tercegahnya terjadinya konflik sosial, preservasi keragaman budaya serta modal sosio-kebudayaan, termasuk dalam hal perlindungan terhadap suku minoritas.

3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Dalam hal ini mencakup terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis atau sumberdaya genetik, sumber air dan agroklimat, sumberdaya tanah, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

rich result on google's SERP when searching for 'ESG'
Ilustrasi Pertanian (Pexels)

Ketahanan Pangan

Dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan global, fenomena kerawanan pangan tengah menjadi perhatian banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Sebagai salah satu negara yang punya andil terhadap pangan dunia, Indonesia pun berkomitmen untuk berkontribusi terhadap keberlangsungan pangan bagi masyarakat dengan mendorong pertanian berkelanjutan.

Pasalnya, pertanian menjadi bantalan ekonomi bangsa sekaligus kekuatan negara di masa yang akan datang, sehingga harus mengedepankan aspek-aspek keberlanjutan, seperti penggunaan teknologi yang bisa  mendukung pertanian tangguh dan berkelanjutan, serta memperhatikan aspek biologi sustainable agriculture yakni  memperhatikan kualitas tanah.

Pupuk pertanian
Iustrasi pertanian. (pixabay)

Tanah sebagai komponen utama pertanian, harus dijaga kesuburannya sehingga tetap bisa digunakan hingga masa depan. Harapannya, kesuburan tanah di masa depan sama dengan suburnya tanah di masa sekarang.

Adapun salah satu contoh aplikatif lain dalam pertanian berkelanjutan adalah penggunaan pupuk hayati. Penggunaan pupuk hayati dapat memperkaya keragaman mikrobiota tanah.  Seperti diketahui, mikrobiota tanah diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan, hasil dan mutu hasil komoditas pertanian. Meningkatkan kesuburan biologi tanah menjadi salah satu kunci keberhasilan pertanian berkelanjutan untuk kedaulatan pangan.

Pertanian berkelanjutan bukan pilihan tetapi adalah keharusan, tidak hanya selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), namun yang lebih penting adalah agar pertanian dapat dilestarikan hingga generasi berikutnya.

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com