Senin, 4 Nov 2024

Kondisi Perusahaan yang Harus Segera Menerapkan ESG

Dalam kondisi tertentu, beberapa perusahaan bahkan harus segera menerapkan ESG untuk bertahan dan bersaing di pasar.

ESG Indonesia – Penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin menjadi prioritas bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. ESG tidak hanya bermanfaat dalam meningkatkan reputasi perusahaan, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang dalam menjaga keberlanjutan bisnis. Banyak investor, konsumen, dan pemerintah yang mulai menuntut perusahaan untuk lebih transparan dan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Dalam kondisi tertentu, beberapa perusahaan bahkan harus segera menerapkan ESG untuk bertahan dan bersaing di pasar. ESG Indonesia akan menguraikan kondisi-kondisi yang mengharuskan perusahaan untuk segera mengadopsi prinsip-prinsip ESG, lengkap dengan beberapa contoh dan sumber riset terkait.

1. Perusahaan dengan Dampak Lingkungan Tinggi

Perusahaan yang beroperasi di sektor-sektor yang berdampak besar pada lingkungan, seperti industri minyak dan gas, tambang, manufaktur, dan energi, berada di garis depan dalam implementasi ESG. Industri-industri ini kerap menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah, emisi gas rumah kaca, dan penggunaan sumber daya yang besar.

Menurut studi dari S&P Global pada tahun 2022, perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor ekstraktif dan manufaktur memiliki risiko besar dalam hal tanggung jawab lingkungan. Selain itu, riset dari McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan dengan dampak lingkungan yang tinggi memiliki kecenderungan menghadapi sanksi dan kehilangan kepercayaan publik apabila tidak segera menerapkan standar ESG yang baik. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ini perlu menerapkan strategi ESG yang meliputi pemanfaatan energi bersih, pengelolaan limbah yang ketat, dan pelaporan emisi karbon yang transparan.

2. Perusahaan Publik atau Tercatat di Bursa Efek

Perusahaan yang sudah go public atau tercatat di bursa efek seringkali menghadapi tekanan dari para pemegang saham dan investor untuk menjalankan prinsip-prinsip ESG. Sejak 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia telah mewajibkan perusahaan-perusahaan publik untuk menyusun laporan keberlanjutan sesuai dengan POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan. Peraturan ini mengharuskan perusahaan publik melaporkan inisiatif lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam laporan tahunan mereka.

Berdasarkan riset dari MSCI ESG Research pada tahun 2023, perusahaan yang memiliki laporan keberlanjutan yang baik memiliki reputasi yang lebih baik di mata investor, karena dianggap lebih mampu mengelola risiko dengan bijaksana dan berpotensi memberikan return yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perusahaan publik perlu menerapkan ESG untuk memenuhi tuntutan regulasi serta menarik investor yang kini lebih memilih portofolio yang berkelanjutan.

3. Perusahaan dengan Fokus Konsumen yang Tinggi

Perusahaan yang berfokus pada konsumen, terutama di sektor makanan, minuman, fashion, dan produk konsumen lainnya, juga semakin didesak untuk menjalankan praktik ESG. Konsumen, terutama Generasi Z dan milenial, mulai memprioritaskan produk yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial. Dalam survei yang dilakukan oleh Nielsen pada tahun 2023, sekitar 73% konsumen global mengatakan bahwa mereka akan mengubah merek pilihan mereka jika menemukan perusahaan yang lebih peduli pada isu sosial dan lingkungan.

Perusahaan di sektor konsumen perlu mengedepankan transparansi dalam rantai pasok, pengelolaan bahan baku yang bertanggung jawab, serta praktik produksi yang ramah lingkungan. Implementasi ESG juga dapat meningkatkan loyalitas konsumen dan membuka peluang pasar baru bagi perusahaan, terutama pada kelompok konsumen yang peduli akan keberlanjutan.

4. Perusahaan dengan Karyawan yang Peduli Akan Lingkungan dan Sosial

Perusahaan yang memiliki karyawan yang peduli pada isu-isu lingkungan dan sosial juga perlu segera menerapkan ESG. Studi yang diterbitkan oleh Harvard Business Review pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 63% karyawan lebih memilih bekerja di perusahaan yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan. Perusahaan yang mengabaikan aspek ESG berisiko kehilangan talenta-talenta terbaik mereka, terutama dari generasi muda yang peduli akan keberlanjutan.

Dengan menerapkan ESG, perusahaan dapat meningkatkan retensi karyawan dan mempromosikan budaya kerja yang positif dan bertanggung jawab. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, tetapi juga menarik lebih banyak calon karyawan berkualitas yang ingin bekerja di perusahaan dengan nilai-nilai positif.

5. Perusahaan yang Menghadapi Tekanan Regulasi Internasional

Perusahaan yang memiliki pangsa pasar global atau beroperasi di berbagai negara seringkali harus mengikuti regulasi ESG internasional yang lebih ketat. Sebagai contoh, Uni Eropa telah mengadopsi standar keberlanjutan yang ketat dalam perdagangan dan bisnis, yang akan mempengaruhi perusahaan Indonesia yang ingin memasuki pasar Eropa. Peraturan Uni Eropa mengenai Laporan Keberlanjutan Korporasi atau Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD) mulai diberlakukan pada tahun 2024 dan mewajibkan perusahaan untuk melaporkan dampak lingkungan dan sosial dari operasional mereka.

Perusahaan Indonesia yang memiliki ekspor atau kerjasama dengan negara-negara yang menerapkan regulasi ESG perlu menyesuaikan standar mereka untuk memenuhi persyaratan ini. Dengan menerapkan ESG, perusahaan dapat mempertahankan akses pasar mereka dan menghindari risiko peraturan yang bisa memengaruhi profitabilitas.

6. Perusahaan yang Rentan terhadap Risiko Reputasi

Krisis reputasi adalah ancaman besar bagi perusahaan di era digital saat ini, di mana informasi dapat tersebar dengan cepat melalui media sosial. Perusahaan yang tidak menerapkan ESG rentan terhadap dampak negatif dari opini publik, yang dapat mengurangi nilai merek dan mempengaruhi kinerja keuangan mereka.

Menurut penelitian oleh Deloitte pada tahun 2022, lebih dari 45% perusahaan global yang mengalami krisis reputasi mengalami penurunan harga saham dan berkurangnya loyalitas pelanggan. Dengan menjalankan ESG, perusahaan dapat membangun citra positif, memperkuat hubungan dengan publik, dan meminimalisir risiko krisis reputasi.

Dalam menghadapi perubahan iklim, perkembangan teknologi, dan preferensi konsumen yang berubah, banyak perusahaan di Indonesia yang berada dalam kondisi yang menuntut implementasi ESG. Sektor-sektor dengan dampak lingkungan yang tinggi, perusahaan publik, perusahaan yang fokus pada konsumen, serta perusahaan dengan karyawan dan pasar internasional harus segera mengadopsi praktik-praktik ESG. Penerapan ESG yang efektif dapat meningkatkan reputasi, menarik investasi, dan memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan.