Vietnam siapkan Rp240 T untuk transisi energi bersih
ESG Indonesia – Vietnam menggelontorkan dana sebesar US$15,5 miliar atau berkisar Rp 240 triliun untuk transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan. Rencana tersebut akan diumumkan pada konferensi iklim COP28 di Dubai minggu depan.
Penasihat iklim untuk Kedutaan Besar Inggris di Hanoi Mark George mengatakan, bahwa setelah berbulan-bulan berkoordinasi dengan kementerian Vietnam untuk menentukan rincian penggunaan dana tersebut, rencana tahap akhir telah diselesaikan pada Kamis (23/11). Kendati demikian, George tidak memberikan rincian rencana tersebut.
Inggris adalah salah satu ketua dari kelompok sembilan negara industri kaya yang telah setuju untuk menyediakan dana sebesar US$15,5 miliar untuk membantu Vietnam mengakhiri ketergantungannya pada pembangkit listrik tenaga batu bara.
Dengan dana tersebut juga akan membuat Vietnam lebih cepat beralih ke energi terbarukan sebagai bagian dari Kemitraan Transisi Energi yang Adil atau JETP. “Itu adalah tonggak sejarah yang sangat penting,” kata George, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (26/11/2023).
George berbicara pada diskusi panel yang diselenggarakan oleh Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama Inggris-Vietnam yang berpusat pada peluang bagi kedua negara, setelah Inggris secara resmi bergabung dengan kelompok perdagangan Asia-Pasifik yang mencakup Jepang dan 10 negara lainnya.
Awal tahun ini, Vietnam mengeluarkan rencana energi nasional yang bertujuan untuk melipatgandakan daya maksimum yang dapat dihasilkan negara tersebut, menjadi sekitar 150 gigawatt pada tahun 2030.
Rencana tersebut menyerukan perubahan drastis dari penggunaan batu bara yang sangat berpolusi dan berjanji bahwa tidak akan ada pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang akan beroperasi atau dibangun setelah tahun 2030.
George berbicara pada diskusi panel yang diselenggarakan oleh Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama Inggris-Vietnam yang berpusat pada peluang bagi kedua negara, setelah Inggris secara resmi bergabung dengan kelompok perdagangan Asia-Pasifik yang mencakup Jepang dan 10 negara lainnya.
Awal tahun ini, Vietnam mengeluarkan rencana energi nasional yang bertujuan untuk melipatgandakan daya maksimum yang dapat dihasilkan negara tersebut, menjadi sekitar 150 gigawatt pada tahun 2030.
Rencana tersebut menyerukan perubahan drastis dari penggunaan batu bara yang sangat berpolusi dan berjanji bahwa tidak akan ada pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang akan beroperasi atau dibangun setelah tahun 2030.
Industri ramah lingkungan mengacu pada sektor industri yang beroperasi dengan memprioritaskan praktik-praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Beberapa ciri khas dari industri ramah lingkungan:
Penggunaan Energi Terbarukan: Industri ini mengadopsi sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau hidroelektrik untuk mengurangi jejak karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Efisiensi Energi: Menggunakan teknologi dan sistem yang lebih efisien dalam penggunaan energi untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan dan meminimalkan limbah yang dihasilkan.
Manajemen Limbah yang Berkelanjutan: Industri ini berupaya untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan dan menerapkan metode daur ulang dan pengelolaan limbah yang lebih ramah lingkungan.
Penggunaan Bahan Baku Ramah Lingkungan: Memilih bahan baku yang dapat didaur ulang, ramah lingkungan, atau memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah selama proses produksi.
Inovasi Teknologi Hijau: Mengadopsi teknologi inovatif yang mendukung praktik ramah lingkungan, seperti teknologi pemulihan energi, penggunaan material ramah lingkungan, atau sistem produksi yang lebih bersih.
Transparansi dan Pelaporan: Industri ini seringkali mengadopsi praktik transparansi tinggi dalam hal pelaporan dampak lingkungan mereka dan berkomunikasi secara terbuka kepada pemangku kepentingan tentang langkah-langkah yang diambil.
Komitmen terhadap Keberlanjutan: Fokus utama pada praktik yang berkelanjutan dalam perencanaan strategis jangka panjang, mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.
Komitmen terhadap Konservasi Sumber Daya Alam: Industri ramah lingkungan berupaya untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengadopsi praktik-produksi yang memperhitungkan ketersediaan dan keberlanjutan sumber daya.
Pengembangan Produk Ramah Lingkungan: Fokus pada pengembangan produk dan layanan yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, baik selama proses produksi maupun dalam pemakaian oleh konsumen.
Industri ramah lingkungan bertujuan untuk menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Dengan mengadopsi praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan, industri ini berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sambil menciptakan nilai tambah sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.