Uni Eropa Bersiap Menuju Industri Hijau
ESG Indonesia – Para pembuat kebijakan Uni Eropa telah menyetujui peraturan baru untuk mempromosikan produksi lokal peralatan teknologi bersih seperti panel surya dan sel bahan bakar untuk membantu industri Uni Eropa bersaing dengan China dan Amerika Serikat.
Net-Zero Industry Act (NZIA), yang kemungkinan akan mulai berlaku tahun ini, merupakan bagian dari upaya Uni Eropa untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya menjadi pemimpin global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga dalam memproduksi peralatan yang dibutuhkan.
Diusulkan bersamaan dengan Critical Raw Material Act, NZIA adalah bagian dari tanggapan Eropa terhadap subsidi hijau senilai $369 miliar yang ditawarkan dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS.
Dilansir Reuters, Senin (12/2/2024), berikut beberapa strategi Eropa untuk mencapai ambisinya di industri hijau. Pertama, NZIA menetapkan tolok ukur bagi produsen Eropa untuk memproduksi 40 persen dari kebutuhan tahunan produk teknologi bersih Uni Eropa pada tahun 2030, dan menjadikannya sebagai benua pertama yang netral iklim pada tahun 2050.
Target ini berlaku untuk peralatan yang dibutuhkan untuk delapan teknologi strategis, yakni tenaga surya, tenaga angin, baterai, heat pump, elektroliser dan sel bahan bakar, biogas, penangkap dan penyimpan karbon (CCS), serta jaringan listrik.
Undang-undang ini juga menetapkan target untuk mencapai 50 juta metrik ton kapasitas penyimpanan tahunan karbon dioksida pada tahun 2030.
Komisi Eropa, yang mengusulkan undang-undang tersebut, menyoroti bahwa Uni Eropa saat ini bergantung pada impor, terutama dari China, yang menyediakan lebih dari 90 persen wafer fotovoltaik Eropa dan menyumbang 90 persen investasi global dalam manufaktur teknologi bersih.
Mencapai target akan sangat sulit di sektor tenaga surya, mengingat produsen dalam negeri memasok kurang dari 3 persen penggunaan panel Uni Eropa dan berjuang untuk bertahan hidup. Sektor energi angin Eropa jauh lebih kuat, meskipun perusahaan-perusahaan Cina mulai mendapatkan pijakan.
Kedua, NZIA membahas salah satu masalah yang menurut para pelaku bisnis menghambat investasi – lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin. Undang-undang ini menetapkan batas waktu antara sembilan hingga 18 bulan untuk mendapatkan izin bagi proyek-proyek yang akan mendorong manufaktur teknologi bersih.
Undang-undang ini juga mengamanatkan negara-negara Eropa untuk membuat titik kontak tunggal bagi mereka yang mencari izin dan memprioritaskan proyek-proyek yang membantu Eropa mengurangi ketergantungannya pada impor dari satu negara atau meningkatkan daya saing rantai pasokan teknologi bersih Eropa.
Ketiga, Otoritas publik yang mengeluarkan tender atau mengadakan lelang untuk membeli teknologi bersih, seperti untuk pembangkit listrik tenaga surya atau angin, harus memilih tidak hanya berdasarkan harga, tetapi juga pada kriteria keberlanjutan dan dorongan Eropa untuk memastikan bahwa tidak lebih dari 65 persen pasokan berasal dari satu sumber.
Usulan Komisi menyarankan agar kedua faktor tersebut diberi bobot 15 persen hingga 30 persen dalam menentukan penawaran pemenang, meskipun kedua faktor tersebut dapat diabaikan apabila penawaran tersebut lebih dari 10 persen lebih tinggi daripada yang lain.