Minggu, 8 Des 2024

Transisi Energi Diusulkan Sasar Masyarakat Menengah ke Atas

Dewan Energi Nasional ungkap penyebab lambannya transisi energi di Indonesia.

ESG Indonesia – Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengusulkan agar transisi energi dimulai dari masyarakat kalangan menengah ke atas. Pihaknya beralasan masyarakat menengah ke atas memiliki daya beli yang lebih baik sehingga proses transisi energi terimplementasi lebih baik tanpa hambatan masalah keuangan.

“Menurut kami, transisi energi ini harusnya dimulai dari orang menengah ke atas, orang yang sudah mampu menggunakan kompor listrik, yang sudah mampu membeli pertamax turbo,” ujar ujar Djoko dalam Konferensi pers capaian kinerja DEN tahun 2023 dan program tahun 2024, Rabu (17/1/2024).

“Sekarang itu ada namanya bensin sawit, harganya per liter cuman Rp15 ribu per liter, RON 120 yang jauh lebih baik kualitasnya dari pertamax turbo yang harganya Rp15.350, kompor induksi harusnya juga dimulai dari masyarakat yang mampu,” lanjutnya.

bahan bakar bioetanol
ilustrasi bahan bakar bensin. (pixabay)

Djoko menambahkan, dalam implementasikan transisi energi, program kompor induksi (listrik) harusnya diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu.

“Kompor induksi (listrik) itu dimulai jangan dari orang miskin, justru dari orang kaya, menengah ke atas. Bensin juga begitu, karena masyarakat miskin daya belinya masih rendah jadi ya ga mulai-mulai transisi sampai sekarang, angkanya rendah terus,” lanjut Djoko.

Ilustrasi kompor listrik. (wikipedia)
Ilustrasi kompor listrik. (wikipedia)

Djoko menginformasikan bahwa program pembagian kompor induksi yang sempat dihentikan dikaji kembali untuk kembali dilaksanakan.

“Jadi kemarin yang sempat dihentikan coba dikaji lagi, dimulai lagi. Dimulai yang bisa kita laksanakan. Mudah-mudahan kompor induksi bisa dimulai lagi,” ungkap Djoko saat menjelaskan upaya pemerintah dalam transisi energi.

Ilustrasi kompor listrik. (pixabay)
Ilustrasi penggunaan kompor listrik untuk mempercepat transisi energi. (pixabay)

lebih lanjut, Djoko mengatakan, sambil menunggu hasil kajian pemberian kompor listrik, pemerintah menggantinya dengan memberikan alat memasak listrik (rice cooker) yang lebih murah harganya dan dapat digunakan untuk memasak.

“Permen ESDMnya sudah keluar untuk pembagian rice cooker 500 ribu tergetnya. Kenapa rice cooker? karena itu paling bisa dimplentasikan. Kita tinggal beli, harganya juga lebih murah dari kompor listrik, dengan harga di bawah satu juta bisa dapat lebih banyak,” jelas Djoko.