Penggunaan teknologi AI memiliki beragam risiko dan tantangan yang menjadi ancaman kritis kemajuan teknologi.
ESG Indonesia – Melihat pentingnya menerapkan prinsip-prinsip Environment, Social, Governance ( ESG) dalam dunia bisnis dan investasi, integrasi teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Inteliigence (AI) pun harus diperkuat.
AI memiliki kekuatan besar untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan pengumpulan data ESG. Pasalnya, metode tradisional dalam mengumpulkan data ini memakan banyak tenaga dan waktu. Namun dengan AI, perusahaan dapat dengan cepat mengumpulkan dan memproses informasi dalam jumlah besar dari berbagai sumber. Agregasi data yang dipercepat ini tidak hanya menghemat waktu namun juga memastikan wawasan yang lebih akurat dan lengkap.
Ketepatan waktu data sangat penting bagi investor. Mereka mengandalkan informasi terkini untuk mengambil keputusan yang tepat, sehingga memungkinkan mereka memanfaatkan peluang yang muncul dan menavigasi perubahan pasar dengan percaya diri.
Kecepatan Artificial Inteliigence (AI) memproses dan menganalisis data merupakan keuntungan signifikan dalam dunia investasi. Dengan memanfaatkan analisis yang didukung AI, investor dapat menerima informasi real-time mengenai kinerja, risiko, dan peluang ESG suatu perusahaan.
Tak hanya dalam dunia bisnis, dalam perkembangannya, teknologi AI juga terbilang mengagumkan, salah satunya adalah penggunaannya dalam kendaraan otonom (self-drive) yang memungkinkan kendaraan melaju dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. Selain penggunaan tersebut, AI juga memiliki potensi besar untuk memajukan bidang-bidang lain seperti bidang pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan reformasi birokrasi.
Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia mengingatkan seluruh negara untuk bertanggung dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi Artificial Inteliigence (AI).
“Tidak diragukan lagi, adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa pengembangan AI akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita, sekarang dan di masa depan,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, dalam keterangannya terkait Forum AI Safety Summit (AISS) 2023 di London, Inggris, Rabu (1/11/2023).
Tantangan Penggunaan AI
Namun, meski ada banyak manfaat dari penggunaan teknologi AI atau kecerdasan buatan tersebut, masalah privasi data kerap muncul karena banyaknya informasi sensitif yang dapat diakses oleh algoritma teknologi AI.
Data ESG sering kali mencakup informasi pribadi dan rahasia tentang karyawan, pemangku kepentingan, dan komunitas. Oleh karena itu, untuk mencegah pelanggaran yang dapat membahayakan hak-hak individu dan mengikis kepercayaan, perlu untuk memastikan bahwa pengumpulan dan pemanfaatan data mematuhi peraturan privasi yang ketat.
Menurut Nezar Patria, penggunaan teknologi AI harus mempertimbangkan kebaikan semua orang. Sebab, ada beragam risiko dan tantangan yang menjadi ancaman kritis kemajuan teknologi ini yang tidak dapat diprediksi akibat kurangnya kepercayaan diri, perencanaan, dan niat baik dalam penggunaannya, termasuk tantangan etika.
“Kami juga memiliki kekhawatiran yang mendalam tentang tantangan etika dalam pengembangan AI,” imbuhnya.
Wamenkominfo mengatakan, berbagai risiko itu bisa muncul akibat peluang dari algoritma dan bias manusia yang dapat memungkinkan penyalahgunaan teknologi Artificial Inteliigence (AI).
“Terutama yang terkait dengan pemalsuan dan phishing, masalah hukum termasuk hak cipta, penghapusan pekerjaan dan privasi data,” kata Wamen Nezar.
Oleh karena itu Wamenkominfo mendorong seluruh peserta Kenferensi Tingkat Tinggi (KTT) AISS untuk mempertimbangkan semua perkembangan dan risiko pengembangan teknologi AI. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia mengajukan tiga usulan dalam forum internasional tersebut terkait pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan.
Pertama, usulan agar setiap pihak bertanggung jawab atas penggunaan AI. “Setiap pihak harus menyadari dampak dari AI di sepanjang siklus hidupnya,” tutur dia.
Kedua, usulan untuk memungkinkan platform komunikasi global yang lebih kuat dan inklusif mendiskusikan perkembangan, kemajuan, dan perilaku pemanfaatan AI secara teratur.
“Dan ketiga, tidak menggunakan AI dengan maksud untuk menyakiti, atau memfasilitasi bahaya,” tukas Nezar Patria.
Dia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Inggris yang telah menyelenggarakan forum AISS pertama 2023.
“Atas nama pemerintah Indonesia, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Pemerintah Inggris. Indonesia berpandangan bahwa KTT ini akan mendorong kerja sama di antara negara-negara yang diundang dan para pemangku kepentingan,” pungkas Nezar Patria.