Reksana Dana Berbasis ESG Miliki Sejumlah Manfaat, Ini Alasannya
ESG Indonesia – Pemanasan global merupakan ancaman nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya di muka bumi.
Pada 2015 lalu, sejumlah delegasi dari 195 negara anggota PBB ikut menandatangani Paris Agreement, sebuah kesepakatan untuk menanggulangi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca.
Adapun targetnya adalah net zero emission pada 2050, sehingga seluruh emisi karbon dari aktivitas manusia dapat terserap oleh bumi melalui ekosistem yang ada di hutan dan laut.
Investor memiliki peranan penting dalam mengatasi perubahan iklim, karena industri yang ramah lingkungan membutuhkan dana yang sangat besar.
“Untuk mencapai target Paris Agreement, tantangannya adalah menurunkan emisi karbon global sebesar 2,7% per tahun. Untuk itu, dibutuhkan investasi sebesar lebih dari USD 6,9 triliun per tahun selama 10 tahun ke depan agar mencapai tujuan Paris Agreement di tahun 2050. Tantangan lainnya yaitu mengurangi penggunaan energi berbahan bakar fosil, karena sekitar 75% emisi gas rumah kaca global berasal dari bahan bakar fosil,” ujar dia dalam keterangan resminya, ditulis Selasa (9/1/2024).
Selain itu, tantangan yang perlu diatasi juga adalah memitigasi dampak dari perubahan iklim yang sudah terjadi seperti kenaikan permukaan air laut (yang mengakibatkan banjir, salinisasi air tawar, gangguan ekologi, dan lain-lain) serta meningkatkan produksi dan kualitas pangan dunia yang semakin menurun. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan inovasi dan pengembangan teknologi.
Tak hanya itu, dalam menciptakan bumi yang lebih sehat, perusahaan-perusahaan di berbagai sektor harus melakukan peralihan atau pengembangan teknologi, dan ini membutuhkan dana yang besar.
Sementara itu, investor bisa ikut mendukung inisiatif ini dengan membantu pendanaan melalui berinvestasi pada reksa dana berbasis ESG (environmental, social, governance). Ini bisa menjadi peluang yang menarik bagi investor.
Reksa dana berbasis ESG memiliki portofolio yang terdiri dari efek-efek (saham atau obligasi) berbagai perusahaan yang telah memenuhi kriteria ESG dalam menjalankan kegiatan operasional bisnis dan investasinya. Kriteria dari sisi lingkungan, reksa dana tersebut memperhatikan dampak dari operasional perusahaan terhadap lingkungan.
“Dari aspek sosial, yang diperhatikan adalah hubungan perusahaan dengan para stakeholders, yaitu karyawan, konsumen, pemasok, dan masyarakat. Sedangkan tata kelola yang baik meliputi manajemen perusahaan yang efektif,” imbuhnya.
Dia bilang, bagi investor yang memiliki kepedulian untuk mengatasi perubahan iklim dan ingin mengambil peran dalam membangun dunia yang lebih baik dan berkelanjutan, berinvestasi di reksa dana ESG tentunya dapat membantu menyelaraskan antara tujuan finansial dengan nilai-nilai pribadinya.
“Kami percaya integrasi analisa ESG akan memberi nilai tambah bagi portofolio untuk mengidentifikasi risiko dan peluang sehingga dapat mendukung kinerja jangka panjang. Integrasi analisa ESG dapat mengidentifikasi risiko yang timbul dari perspektif lingkungan, sosial, dan tata kelola terhadap bisnis perusahaan sehingga menjadi faktor pertimbangan dalam keputusan investasi,” kata dia.
Ia melanjutkan, analisa ESG juga dapat mengidentifikasi kapabilitas perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan dunia sehingga keberlanjutan perusahaan tetap terjaga di tengah kondisi dunia yang dinamis.
Data investasi terbaru dari BloombergNEF pada laporan Renewable Energy Investment Tracker menunjukkan investasi baru secara global dalam energi terbarukan melonjak menjadi USD 358 miliar dalam enam bulan pertama 2023.
Terjadi peningkatan sebesar 22% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, dengan tenaga surya menjadi pendorong utama hasil yang luar biasa pada semester I ini.
“Oleh karena itu, kami mendukung investor untuk memanfaatkan peluang investasi pada reksa dana ESG sambil membantu mengatasi perubahan iklim global,” tandasnya.