Dicky Octa Zahriadi menyampaikan optimismenya bahwa di bawah pemerintahan baru, komitmen Indonesia terhadap prinsip ESG, khususnya dalam penanganan tambang timah ilegal, akan semakin kuat.
ESG Indonesia – Konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh International Tin Associate (ITA), Asia Tin Week, tahun ini bertema “Securing Sustainable Tin Supply through Innovation and Collaboration” diselenggarakan di Shanghai, pada tanggal 6-8 November 2024.
Konferensi tahunan ini diselenggarakan oleh International Tin Association (ITA) dengan tema “Securing Sustainable Tin Supply through Innovation and Collaboration,” yang menekankan kolaborasi dalam memenuhi kebutuhan pasar timah secara berkelanjutan. Senin (11/11).
Acara ini dihadiri oleh berbagai pemimpin industri timah, termasuk PT Timah Tbk yang diwakili Direktur Pengembangan Usaha, Dicky Octa Zahriadi, yang tampil sebagai salah satu pembicara dalam sesi “In Conversation with CEOs”.
Selain Dicky, sesi ini juga diisi oleh para pemimpin industri dari perusahaan besar lainnya seperti OMSA, MMR, Guangxi Hauxi, Yunnan Tin Listed, dan Gejiu Qiando, dengan moderator John Jonson dari CRU Beijing dan Helen Prince dari ITA.
Dalam diskusi, isu ESG menjadi topik utama, di mana para pemimpin industri berbagi pandangan mengenai penerapan dan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan.
PT Timah Tbk, sebagai salah satu pemain utama dalam industri timah di Indonesia, menjelaskan tentang pentingnya dukungan pemerintah dalam menangani tambang ilegal yang berdampak negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dicky Octa Zahriadi menyampaikan optimismenya bahwa di bawah pemerintahan baru, komitmen Indonesia terhadap prinsip ESG, khususnya dalam penanganan tambang timah ilegal, akan semakin kuat.
Menurutnya, regulasi yang ketat dan transparansi rantai pasok menjadi kunci untuk memastikan seluruh timah yang diproduksi berasal dari sumber yang jelas dan bertanggung jawab. PT Timah Tbk menegaskan keseriusan mereka dalam mematuhi Good Corporate Governance (GCG) dan terus berupaya agar seluruh aspek operasionalnya berjalan secara berkelanjutan.
Selain diskusi tentang kebijakan ESG, peserta konferensi juga disuguhi hasil polling terkait proyeksi harga timah LME Cash untuk tahun 2025. Hasilnya, 52% responden percaya harga timah global akan tetap stabil dalam kisaran $30.000 hingga $36.000 per ton.
Hal ini mencerminkan optimisme peserta terhadap prospek stabilitas harga timah dunia, yang sejalan dengan ekspektasi permintaan global yang tetap tinggi.
Asia Tin Week 2024 diharapkan menjadi wadah bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menjalin kolaborasi dalam upaya memajukan industri timah berkelanjutan, serta untuk memperkuat komitmen mereka terhadap ESG, transparansi, dan inovasi teknologi.
Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan di sektor pertambangan, termasuk praktik pertambangan ilegal yang masih menjadi masalah di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Dengan adanya dukungan pemerintah dan regulasi yang lebih ketat, Indonesia diharapkan mampu mengoptimalkan potensi sumber daya timahnya secara bertanggung jawab, sehingga dapat mendukung kebutuhan pasar global sekaligus melindungi lingkungan serta memenuhi standar ESG yang semakin ketat.