Persemaian Mentawir memiliki fasilitas perkembangbiakan yang mengusung konsep “bayi tabung” agar populasi satwa dapat kembali seimbang.
ESG Indonesia – Fasilitas pesemaian Mentawir, Penajam Paser Utara, Kaltim, diresmikan. Bibit dari di sana berguna untuk merehabilitasi hutan di sejumlah lokasi eks tambang.
Wajah Presiden Joko Widodo tampak demikian semringah. Dengan segera, kedua tangannya dijulurkan untuk menyambut wadah berwarna coklat berisi bibit pohon yang diberikan kepadanya. Setelah itu, Presiden Jokowi lantas meletakkan wadah itu di tempat yang telah disediakan di hadapannya. Prosesi itu lantas menjadi penanda peresmian pusat pesemaian Mentawir yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Dikatakan Presiden Jokowi, fasilitas persemaian yang dilengkapi dengan pusat plasma nutfah, berupa bio bank danseed bankitu, merupakan komponen utama yang telah dipersiapkan pemerintah sejak awal pembangunan IKN bergulir.
“Di sini, tanaman-tanaman, misalnya shorea, belanov yang barangnya sudah sulit, sekarang diadakan kembali yang nanti dibuat bibit, baik lewat kultur jaringan dan lain-lainnya, sehingga kita akan memiliki kembali tanaman-tanaman yang dulunya banyak ada di hutan-hutantropical rainforest yang ada di Kalimantan,” katanya, seperti dilansir indonesia.go.id
Bibit yang tumbuh di fasilitas itu, menurut Presiden Jokowi, berguna untuk persemaian dalam rangka rehabilitasi hutan, melalui penanaman kembali pohon di sejumlah lokasi bekas tambang. “Itu bisa kita kerjakan kalau kita memiliki persemaian besar. Jangan sampai kita sering mencanangkan menanam sejuta pohon, menanam sejuta pohon di mana-mana, tapinurssery-nya nggak ada, persemaiannya nggak ada, lantas dari mana bibitnya? ” katanya.
Dikatakan Presiden Jokowi, persemaian Mentawir memiliki 15 juta bibit tanaman, termasuk sejumlah tumbuhan endemik di Kalimantan, termasuk jenis tumbuhan dan pohon yang sudah langka, seperti sungkai, meranti, kapur, tengkawang, ulin, dan bangkirai.
Selain itu, juga tersedia bibit jambu-jambuan yang nanti ditanam di beberapa titik untuk makanan satwa. “Sehingga nanti beberapa satwa yang dulunya sudah berkurang atau enggak ada, menjadi ada,” katanya.
Guna mendukung ekosistem satwa, persemaian Mentawir juga memiliki fasilitas perkembangbiakan yang mengusung konsep “bayi tabung” agar populasi satwa yang mulai berkurang, dapat kembali seimbang. “Satwa -satwa yang mulai sangat berkurang, juga sudah ada. Yang nantinya itu bisa dipakai untuk bayi tabung hewan-hewan yang sudah tidak ada,” katanya.
Presiden Jokowi mengungkapkan, alat penyimpanan sperma untuk kepentingan bayi tabung satwa sudah tersedia di Institut Pertanian Bogor (IPB). “Saya senang, barangnya sudah ada di IPB, sebagian nanti diperkaya lagi apabila di sini menjadi pusat plasma nutfah dan itulah yang lama kita inginkan, dan kita harapkan betul-betul sekarang ada,” katanya.
Komitmen Pemerintah
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menegaskan, penyediaan sejumlah fasilitas pusat penyemaian bibit tanaman di berbagai daerah merupakan bentuk komitmen global bagi Indonesia dalam merespons perubahan iklim. “Ini menjadi sebuah komitmen terhadap global mengenai perubahan iklim yang telah kita tandatangani,” katanya.
Fasilitas persemaian 15 juta bibit tanaman di Mentawir, Kabupaten Penajam Paser Utara, menurut Presiden Jokowi, ada untuk melengkapi fasilitas serupa yang kini dimiliki Indonesia. Diketahui, selain di Mentawir, Indonesia juga memiliki pusat persemaian bibit tanaman di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan kemampuan produksi 12 juta bibit per tahun.
Lalu di Provinsi Sumatra Utara, terdapat Pusat Persemaian Danau Toba di Kawasan Hutan Lindung Blok Sibisa, Desa Motung, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba. Sedangkan pusat persemaian lainnya juga tersedia di Labuan Bajo yang ada di Kawasan Hutan Produksi Satar-Kodi, Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Bahkan kita memiliki khusus mangrove di Provinsi Bali, di Denpasar, dan di tempat-tempat lainnya,” katanya.
Selain itu, juga tersedia bibit jambu-jambuan yang nanti ditanam di beberapa titik untuk makanan satwa. “Sehingga nanti beberapa satwa yang dulunya sudah berkurang atau enggak ada, menjadi ada,” katanya.
Hingga kini, menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pusat persemaian skala besar Mentawir di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, telah memproduksi 8 juta bibit, yang di antaranya digunakan merehabilitasi hutan dan lahan di Ibu Kota Nusantara.
“Sebanyak sekitar 8 juta bibit telah diproduksi dan 4,9 juta bibit di antaranya telah didistribusikan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah IKN, penanganan lahan kritis, rawan bencana dan pemulihan ekosistem di wilayah Kaltim, serta berbagai kegiatan penghijauan lingkungan oleh masyarakat di sekitar IKN dan akan menyebar sampai ke Kalimantan,” katanya.
Jenis bibit yang diproduksi di persemaian skala besar ini antara lain jenis tanaman kayu-kayuan endemik, tanaman hasil hutan bukan kayu (HHBK), tanaman estetika dan tanaman pakan satwa. Dengan arahan langsung dari Presiden Joko Widodo, pusat persemaian Mentawir ini didirikan untuk memenuhi penyediaan bibit-bibit berkualitas untuk program rehabilitasi hutan dan lahan dengan dampak nyata secara ekologis, ekonomis, dan sosial.
“Persemaian ini menjadi salah satu pendukung kunci bagi upaya mewujudkan Ibu Kota Nusantara sebagaismart forest city,” kata Siti.
Persemaian Mentawir dimulai konstruksinya pada akhir 2022 dan selesai pada Desember 2023 dengan kapasitas produksi bibit sebanyak 15 juta per tahun. Kompleks pusat persemaian Mentawir berada di area seluas 120 hektare yang terdiri atas 30 hektare sebagai pusat produksi bibit dan 90 hektare lainnya disiapkan untuk plasma nutfah nasional yang saat ini masih dalam persiapan konstruksi.
Sebagai persemaian skala besar, persemaian Mentawir dilengkapi denganproduction house,mother plant house,germination house, area aklimatisasi, danopen growth area. “Untuk produksi bibit, sudah dilengkapi dengan mesin pengisi media ke dalam ‘paper bag’ atau ‘polybag’ sehingga akan mempercepat proses produksi bibit, serta dilengkapi dengan mekanisme otomatisasi berbasis komputer untuk penyiraman bibit,” kata Menteri Siti.
Menteri Siti juga menyebut, pusat persemaian skala besar Mentawir di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, dibangun dengan biaya konstruksi mencapai Rp339 miliar
“Total untuk konstruksi ini sekitar Rp339 miliar atau setara 21 juta USD keseluruhan tetapi hanya untuk konstruksi persemaian kira-kira 14 juta USD,” kata Menteri Siti.
Siti merinci, pembiayaan konstruksi persemaian Mentawir menggunakan mekanisme kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Public Private Partnership (PPP), yakni KLHK, Kementerian PUPR, PT Indo Tambangraya Megah dan BUMN, dalam hal ini PLN dan PT Telkom.
Pembiayaan itu terdiri atas PT Indo Tambangraya Megah sebesar Rp130 miliar untuk konstruksi bangunan, Kementerian PUPR sebesar Rp38 miliar untuk embung sistem pengairan dan Rp112 miliar untuk akses jalan, serta KLHK sebesar Rp59 miliar untuk penyiapan lahan dan pembibitan.