Selasa, 17 Sep 2024

Perubahan Iklim Buat Topan di Asia Tenggara Lebih Kuat dan Berlangsung Lama

Perubahan iklim membuat topan di Asia Tenggara lebih kuat, menguat lebih cepat, dan berlangsung lebih lama

 

ESG Indonesia – Topan yang menerjang Asia Tenggara terbentuk lebih dekat ke garis pantai, menguat lebih cepat dan bertahan lebih lama di daratan akibat perubahan iklim. Hal tersebut menurut sebuah studi ilmiah gabungan yang dirilis pada Rabu 31 Juli 2024.

Masyarakat dan kota pesisir seperti Hai Phong di Vietnam dan Bangkok di Thailand, menghadapi ancaman topan yang berlangsung lebih lama dan lebih kuat, serta belum pernah terjadi sebelumnya.

Ilustrasi angin topan di laut (Pixabay)
Ilustrasi topan (Pixabay)

Diterbitkan dalam jurnal mitra Nature yang ditinjau sejawat Climate and Atmospheric Science, studi tersebut menyoroti perubahan signifikan siklon tropis di Asia Tenggara.

Para peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) di Singapura dan Rowan University serta University of Pennsylvania di Amerika Serikat menganalisis lebih dari 64.000 badai masa lalu dan masa depan yang dimodelkan dari abad ke-19 hingga akhir abad ke-21 hingga menghasilkan temuan tersebut.

 

Perubahan angin tersebut meliputi peningkatan pembentukan di dekat garis pantai dan pergerakan yang lebih lambat di daratan, yang dapat menimbulkan risiko baru bagi wilayah tersebut.

Kemudian perubahan iklim, yang menyebabkan air laut menghangat, dapat mengubah jalur topan atau badai tropis lainnya di Asia Tenggara, yang dihuni lebih dari 650 juta orang.

Ilustrasi badai dampak perubahan iklim (Pixabay)
Ilustrasi badai dampak perubahan iklim (Pixabay)

“Studi kami menunjukkan bahwa saat siklon bergerak melintasi lautan yang lebih hangat akibat perubahan iklim, mereka menarik lebih banyak uap air dan panas,” kata Direktur Earth Observatory of Singapore milik NTU Benjamin Horton.

“Itu berarti angin yang lebih kencang, curah hujan yang lebih deras, dan lebih banyak banjir saat topan menghantam daratan,” tambahnya.

Penulis utama penelitian, Andra Garner dari Rowan University, mengatakan orang-orang yang tinggal di sepanjang garis pantai yang padat penduduk di Asia Tenggara adalah pihak paling rentan dari serangan siklon tropis tersebut.

“Ada dua hal yang dapat diambil: Pertama, kita harus bertindak untuk mengurangi emisi, sehingga kita dapat mengekang dampak topan di masa mendatang,” kata Andra.

Ilustrasi badai Inggris (Pixabay)
Ilustrasi badai (Pixabay)

“Kedua, kita harus bertindak sekarang untuk melindungi garis pantai tersebut di masa mendatang, yang kemungkinan akan mengalami dampak siklon tropis yang lebih buruk terlepas dari emisi di masa mendatang,” jelasnya.

Minggu lalu, hujan lebat akibat Topan Gaemi menyebabkan banjir besar di ibu kota Filipina, Manila, dan sebagian kota Kaohsiung di Taiwan.

Gaemi merupakan siklon tropis terkuat yang melanda Taiwan dalam delapan tahun terakhir. Menewaskan sedikitnya lima orang serta melukai ratusan orang.

Di Filipina, siklon tropis ini memperparah hujan musiman dan memicu banjir serta tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 30 orang.

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com