Minggu, 8 Des 2024

Peneliti Kembangkan Pendeteksi Polusi, Pakai Sensor AI yang Mengandung 99% Udara

Peneliti Kembangkan Pendeteksi Polusi Lewat AI

ESG Indonesia – Para peneliti telah mengembangkan sebuah sensor yang bisa mendeteksi gas berbahaya di ruangan rumah atau kantor.

Dengan menggunakan kecerdasan buatan, sensor ini dapat mendeteksi senyawa organik mudah menguap (VOC) seperti formaldehida, yang bersembunyi di banyak produk rumah tangga dan kantor.

Sensor baru ini terbuat dari aerogel, benda padat ringan yang mengandung lebih dari 99 persen udara, sehingga dijuluki “frozen smoke”.

Dengan mengontrol bentuk dan ukuran pori-pori mikroskopis dalam aerogel secara hati-hati, para peneliti mengoptimalkannya untuk menangkap molekul formaldehida. Aerogel juga mengandung graphene dan semikonduktor untuk menerjemahkan sinyal kimia menjadi sinyal elektronik.

rich result on google's SERP when searching for 'ESG'
Ilustrasi polusi udara (Pexels)

“VOC seperti formaldehida dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dengan paparan dalam waktu lama bahkan pada konsentrasi rendah, tetapi sensor saat ini tidak memiliki sensitivitas atau selektivitas untuk membedakan antara VOC yang memiliki dampak berbeda terhadap kesehatan,” ungkap peneliti utama Dr Tawfique Hasan dari Cambridge Graphene Centre.

Formaldehida dipancarkan oleh banyak barang umum seperti produk kayu, wallpaper, cat, dan kain. Paparannya dapat menyebabkan mata berair, kesulitan bernapas, serangan asma, dan bahkan kanker setelah kontak dalam waktu lama.

Peneliti menerangkan, sensor aerogel baru ini dapat mendeteksi konsentrasi serendah 8 bagian per miliar, kurang dari setengah tingkat formaldehida yang dianggap aman. Sensor ini bekerja pada suhu ruangan, menggunakan daya 10-100 kali lebih sedikit daripada sensor lainnya. Ini berarti suatu hari nanti dapat dibuat menjadi perangkat portabel yang dapat dikenakan.

rich result on google's SERP when searching for 'ESG'
Ilustrasi polusi udara (Pexels)

Dengan menggabungkan algoritme pembelajaran mesin, sensor ini juga dapat membedakan formaldehida dari gas serupa lainnya. Hasan menjelaskan detektor VOC yang ada saat ini merupakan instrumen yang tumpul dan tidak mampu mendeteksi senyawa pada konsentrasi rendah.

“Dengan membuat sensor yang mampu mendeteksi VOC tertentu pada konsentrasi yang sangat rendah secara real-time, sensor ini dapat memberikan gambaran yang lebih akurat kepada pemilik rumah dan bisnis tentang kualitas udara dan potensi risiko kesehatan,” kata Hasan seperti dilansir Study Finds, Sabtu (24/2/2024).

Bisnis Berkelanjutan
Ilustrasi Bisnis Berkelanjutan (Pexels)

Para peneliti percaya bahwa teknik aerogel ini dapat digunakan untuk mengembangkan sensor untuk gas berbahaya lainnya. Para insinyur di Universitas Warwick sudah membangun perangkat multi-sensor yang akan menggabungkan bahan-bahan ini untuk memantau beberapa VOC sekaligus.

“Jadi, suatu hari nanti, sensor ini dapat mengawasi kualitas udara dalam ruangan, mengendus bahaya, dan mengarah ke rumah dan tempat kerja yang lebih sehat,” kata Hasan dalam studinya yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.