Minggu, 8 Des 2024

Luhut Sebut Indonesia Miliki Potensi Penyimpanan CO2 Terbesar

Sebelumnya, Luhut mengatakan potensi penyimpanan karbon di Indonesia diperkirakan mencapai 400 giga ton.

ESG IndonesiaInternational and Indonesia Carbon Capture and Storage (CCS) Forum 2024 memiliki arti strategis bagi Indonesia, sekaligus menjadi wadah untuk menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan CO2 terbesar.

Acara tahunan yang diselenggarakan kembali oleh Indonesia CCS Center digelar di Jakarta, Selasa (23/1/2024).

“Forum ini merupakan bukti kuat komitmen kami terhadap pengelolaan lingkungan dan praktik berkelanjutan,” tegas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan pada saat membuka acara tersebut.

Pemerintah telah mendukung penerapan CCS hub di Indonesia selama beberapa waktu, dan saat ini sedang mempersiapkan pengumuman Peraturan Presiden tentang Penangkapan dan Penyimpanan Karbon yang didukung dan diinisiasi oleh beberapa kementerian di Indonesia.

“Kami berdiri bersama untuk investasi berkelanjutan, dengan upaya yang bertujuan mengurangi emisi karbon sebagai pendorong investasi,” ujar Luhut.

“Di tahun-tahun mendatang, kami mendorong seluruh pemangku kepentingan di industri CCS, memanfaatkan potensi kapasitas penyimpanan yang besar, mengembangkan industri hilir untuk menghasilkan produk rendah karbon,” sambungnya.

NZE atau perubahan iklim Green Bond Bursa Karbon
Ilustrasi pengelolaan lingkungan berkelanjutan. (pixabay)

Menko Luhut juga mengajak kepada seluruh stakeholder terkait untuk bersama-sama merancang strategi bersama yang akan membuka jalan bagi keberhasilan penerapan CCS hub di Indonesia.

“Upaya kolaboratif ini sangat penting dalam mencapai tujuan kita bersama untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Menko Marves Luhut menyampaikan dukungan penuh terhadap Indonesia CCS Center. Juga mendorong kepada organisasi untuk merangkul dan memupuk kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga negara, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, dan lembaga internasional.

Kemitraan ini berperan penting dalam melakukan studi, mengadvokasi peraturan yang diperlukan, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan CCS di negara kita.

“Partisipasi dan kehadiran Anda di forum 2024 tidak diragukan lagi akan berkontribusi terhadap keberhasilan inisiatif penting ini. Bersama-sama, mari kita membangun masa depan di mana Indonesia menjadi mercusuar inovasi dan kepemimpinan di bidang Penangkapan dan Penyimpanan Karbon,” pungkas Menko Marves Luhut menutup sambutan.

Pajak Karbon , Perdagangan Karbon Dekarbonisasi Teknologi Tangkap Karbon Pertamina Sektor Energi Emisi Carbon Capture and Storage
Ilustrasi pengurangan emisi karbon. (pixabay)

Penyimpanan Karbon RI Capai 400 Giga Ton

Sebelumnya, Luhut juga sempat menyebut bahwa Indonesia mempunyai peluang bisnis dan investasi yang menjanjikan, yakni potensi penyimpanan karbon yang diperkirakan mencapai 400 giga ton.

“Negara-negara ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang terus berkembang memainkan peran penting dalam jejak karbon global. Ketika kawasan ini terus mengalami pertumbuhan industri dan kebutuhan energi yang signifikan, maka penanganan emisi menjadi prioritas. Penangkapan dan penyimpanan karbon menghadirkan teknologi menjanjikan yang telah diterapkan di negara-negara global,” kata Menko Luhut saat membuka acaraInternational and Indonesia CCS Forum(IICCS Forum) 2023, pada Senin (11/9/2023).

Sektor CCS berkembang pesat, menawarkan investor peluang untuk menjadi yang terdepan dalam industri revolusioner yang menjanjikan keuntungan finansial jangka panjang sekaligus memenuhi tanggung jawabzero emissionsebagai izin berinvestasi bagi industri global.

“Investasi global baru-baru ini di CCS telah mencapai 6,4 miliar USD dan Asia memberikan kontribusi sebesar 1,2 miliar USD. Indonesia siap menjadi bagian utama dari investasi teknologi ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, Menko Luhut menambahkan bahwa pengembangan pusat CCS di Tanah Air memiliki potensi yang sangat besar karena wilayah ini memiliki sumber daya yang diperlukan dari lokasi penyimpanan CO2 dan lokasi industri yang berdekatan, termasuk mitra dari industri Asia Timur untuk transportasi karbon internasional.

“Penerapan pajak karbon regional juga memberikan dorongan ekonomi pada proyek ini. Fasilitas minyak dan gas yang ada mulai dari Aceh, Utara Jawa, Kalimantan, dan pengembangan terbaru di Papua secara teknis layak untuk pengoperasian CCS. Dengan mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat memanfaatkan potensi penuh CCS untuk mewujudkan masa depan berkelanjutan di Asia Tenggara,” ujarnya.

Oleh sebab itu, dirinya mengungkapkan sangat penting acara ini untuk membahas keberhasilan Indonesia lebih lanjut, yang di mana acara ini juga merupakanside eventdari KTT ASEAN.

“Kami yakin bahwa upaya kolektif kami untuk mendefinisikan kerangka peraturan dapat memberikan pesan yang jelas, Indonesia akan menjadi pionir penerapan CCS di tahun-tahun berikutnya,” pungkas Menko Luhut.

Seperti diketahui, negara-negara di dunia kini tengah berupaya menekan emisi karbon sebagai salah satu komitmen global dalam Perjanjian Paris. Dukungan pengembangan pasar karbon pun diperlukan sebagai alat untuk mengikutsertakan peran swasta dalam implementasi mitigasi perubahan iklim.

Investasi pembiayaan hijau dengan mengedepankan aspekEnvironment, Social and Governance(ESG) diharapkan dapat menciptakan investasi berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial.