Sepanjang kuartal III-2023, BSI beri kontribusi untuk praktik ESG
ESG Indonesia – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) memberikan kontribusi terhadap nilai environmental, social, and governance (ESG) sepanjang kuartal III-2023. Kontribusi ini berupa pengurangan emsi karbon hingga limbah plastik.
Wakil Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Bob T. Ananta, menyatakan sejumlah prestasi BSI dalam bidang keberlanjutan, yang meliputi pembangunan gedung berbasis ramah lingkungan di Aceh, pemanfaatan panel surya di outlet BSI Mayestik dan Mataram, penggunaan 35 unit motor listrik, serta pembangunan stasiun pengisian daya di beberapa rest area.
Perusahaan juga telah mengimplementasikan tiga program keberlanjutan, yaitu efisiensi energi, manajemen limbah, dan pengurangan penggunaan kertas. Tercatat, hingga September 2023, BSI telah berhasil mengurangi emisi karbon sebanyak 63,4 ton CO2 dan mendaur ulang 17,2 ton limbah plastik.
Selain itu, BSI juga telah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 177,5 miliar yang disalurkan untuk empat pilar utama, termasuk dukungan terhadap desa dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pembangunan masjid dan musala, pemberian beasiswa, serta program amal dan lingkungan seperti santunan yatim, penanaman pohon, dan gerakan berkelanjutan.
“Program Desa BSI berjalan dengan jumlah sekitar 15 desa dan juga program Bina UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total penyaluran sekitar Rp21,3 miliar,” kata Bob dalam konferensi pers paparan kinerja BSI kuartal III-2023, beberapa waktu lalu.
BSI juga menyediakan sarana ibadah seperti masjid dan mushola dengan penyaluran dana hingga Rp37,9 miliar, sedangkan untuk santunan 2.222 anak yatim dan untuk penanaman pohon, perseroan menggelontorkan dana hingga Rp60,7 miliar.
Sementara itu, untuk program beasiswa dan bantuan kesehatan masyarakat, BSI mengalirkan dana Rp57,6 miliar. BSI dalam kinerja intermediasinya pun mengalokasikan untuk pembiayaan berkelanjutan, dengan total pembiayaan mencapai Rp 53,6 triliun atau sekitar 23,2% dari total pembiayaan yang diberikan oleh perseroan.
Pembiayaan ini terbagi dalam beberapa sektor, dengan UMKM menjadi sektor yang mendominasi dengan pembiayaan sekitar Rp43,4 triliun, diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp4,9 triliun, produk ramah lingkungan sebesar Rp3,3 triliun, energi bersih dan terbarukan sebesar Rp1,4 triliun, dan proyek Eco Green senilai Rp600 miliar.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan pembiayaan berkelanjutan BSI saat ini terfokus pada lima sektor utama, yaitu UMKM, produk ramah lingkungan, pertanian dan perkebunan berkelanjutan, energi bersih dan terbarukan, serta produk hijau lainnya seperti pembangunan gedung berbasis ramah lingkungan, industri pengelolaan air, transportasi berkelanjutan, dan pengelolaan limbah.
Dalam upaya mendukung pembiayaan sektor hijau ini, BSI berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, serta BEI (BEI), dan menjalin komunikasi dengan investor baik dalam maupun luar negeri.
“BSI dalam hal ini terus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk menopang pembiayaan sektor hijau ini,” papar Hery.
Ke depannya, BSI dikatakan Hery akan terus meningkatkan literasi dan kesadaran nasabah korporasi, terutama yang beroperasi di sektor-sektor yang memerlukan sertifikasi atau analisis dampak lingkungan (AMDAL), seperti sektor kelapa sawit, pertambangan, dan industri manufaktur lainnya.
Prinsip ESG dalam Dunia Perbankan
Prinsip ESG adalah kerangka kerja yang membantu lembaga keuangan untuk lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Lingkungan: Berinvestasi untuk Masa Depan
Salah satu komponen utama dari prinsip ESG adalah lingkungan. Dalam konteks perbankan, ini mencakup cara bank-bank memperlakukan sumber daya alam, pengurangan jejak karbon, dan dukungan terhadap inisiatif lingkungan.
Bank yang menerapkan prinsip ESG dengan baik seringkali memiliki program-program yang mendukung energi terbarukan, mengurangi limbah, dan menerapkan praktik perbankan hijau. Ini tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan planet kita, tetapi juga bisa menjadi daya tarik bagi pelanggan yang peduli dengan masalah lingkungan.
Sosial: Dukungan kepada Masyarakat
Komponen selanjutnya adalah sosial, yang mencakup cara bank berkontribusi kepada masyarakat dan komunitas di sekitarnya. Bank-bank yang menerapkan prinsip ESG seringkali memiliki program-program sosial yang mendukung pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan upaya-upaya filantropi. Dukungan ini membantu menciptakan kepercayaan dari masyarakat dan dapat berdampak positif terhadap citra bank. Semakin bank mendekatkan diri kepada komunitasnya, semakin besar peluang untuk membangun hubungan yang langgeng.
Tata Kelola: Transparansi dan Akuntabilitas
Tata kelola adalah komponen ketiga dalam prinsip ESG. Ini mencakup cara bank mengatur dirinya sendiri, termasuk transparansi dalam pengambilan keputusan, etika dalam bisnis, dan akuntabilitas kepada pemangku kepentingan. Bank yang menerapkan prinsip ESG dengan serius biasanya memiliki praktik tata kelola yang kuat, termasuk komite etika dan kebijakan yang memastikan integritas dan keadilan dalam operasi mereka.
Manfaat Prinsip ESG dalam Perbankan
Menerapkan prinsip ESG dalam perbankan memiliki banyak manfaat. Pertama-tama, ini menciptakan keberlanjutan jangka panjang, yang pada gilirannya dapat menghasilkan keuntungan finansial. Bank-bank yang berinvestasi dalam praktik-praktik berkelanjutan seringkali lebih efisien dan kurang rentan terhadap risiko lingkungan dan sosial.
Selain itu, bank yang menerapkan prinsip ESG seringkali lebih menarik bagi investor dan nasabah. Semakin banyak orang yang peduli dengan isu-isu lingkungan dan sosial, sehingga bank yang terlihat aktif dalam hal ini dapat mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Terakhir, menerapkan prinsip ESG dapat membantu bank mematuhi peraturan yang semakin ketat terkait lingkungan dan tanggung jawab sosial. Ini dapat mengurangi risiko hukum dan reputasi yang mungkin dihadapi oleh bank.