Senin, 14 Okt 2024

Komitmen Pada ESG, Sustainable Loan Bank Mandiri Capai Rp 253 Triliun

Bank Mandiri mengedepankan prinsip ESG dalam menjalani bisnis.

ESG Indonesia – Komitmen Bank Mandiri terhadap ESG tercermin dari total penyaluran kredit berkelanjutan atau sustainable loan portfolio yang mencapai Rp 253 triliun per September 2023. Nilai itu mengalami pertumbuhan 14,48 persen yoy dari posisi yang sama pada 2022, yaitu Rp 221 triliun.

Selain itu, bank bersandi saham BMRI itu berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih 27,4 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 39,1 triliun hingga kuartal III-2023.

Wakil Direktur Bank Mandiri Alexandra Askandar menyebutkan, pihaknya menggunakan sebanyak Rp 122 triliun untuk pembiayaan green portfolio dan senilai Rp 131 triliun untuk pembiayaan social portfolio hingga kuartal III-2023.

Dengan begitu, sustainable loan portfolio 2023 Bank Mandiri berkontribusi sebesar 24,9 persen dari total pinjaman perseroan.

“Dengan mengintegrasikan sustainable financing ke penyaluran kredit, Mandiri berharap dapat semakin memperluas dampak positif bagi jutaan masyarakat Indonesia,” kata Alexandra saat Konferensi Pers Kinerja Kuartal III 2023 Bank Mandiri yang digelar secara virtual, Senin (30/10/23).

Alexandra menerangkan bahwa penyaluran kredit itu diberikan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM), pertanian, energi terbarukan, transportasi, dan kegiatan berwawasan lingkungan lainnya.

Bahkan, sebagai market leader green financing, emiten bersandi BMRI itu juga memberikan solusi keuangan berkelanjutan bagi nasabah.

Alexandra menjelaskan solusi keuangan berkelanjutan itu, seperti green loan sebesar Rp 927 juta, sustainability linked-loan senilai Rp 2,1 triliun dan pembiayaan transisi sebesar Rp 1,1 triliun.

Bank Mandiri berhasil tumbuh positif di seluruh segmen pada 2023, salah satunya pada segmen small medium enterprise (SME) yang berhasil mencapai Rp 74,16 triliun atau naik 11,73 persen dari periode yang sama pada 2022.

Penyaluran kredit tersebut sama halnya dengan membuka akses pendanaan perbankan (access to finance) yang semakin luas kepada usaha produktif kelas mikro.

Sebab, inisiatif tersebut juga selaras dengan kerangka ESG. Tak hanya itu, dukungan perseroan terhadap UMKM dalam menghadapi era digital juga dibuktikan dengan merilis aplikasi Livin’ Merchant.

Perilisan aplikasi itu bertujuan mempermudah transaksi pembayaran sekaligus mendorong UMKM agar naik kelas. Sejak diluncurkan pada 12 Juni 2023, Livin’ Merchant telah diunduh lebih dari 1,5 juta UMKM hingga 19 Oktober 2023.

Melihat potensi yang begitu besar, Bank Mandiri akan terus mengupayakan peningkatan penyaluran kredit hijau kepada pemangku kepentingan, seperti investor, pemerintah, dan masyarakat.

Peningkatan kredit hijau dilakukan agar semua pemangku kepentingan menyadari pentingnya mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik dalam segala keputusan perusahaan.

Komitmen Mandiri Terhadap ESG

Alexandra mencontohkan komitmen Mandiri terhadap ESG. Dalam aspek environment, Bank Mandiri menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan Kartu Daur Ulang dan Digital Carbon Tracking.

“Kartu itu dapat dilihat seluruh stakeholder secara real-time terkait pengurangan emisi operasional Bank Mandiri,” terangnya.

Pada aspek sosial, BMRI menekankan kesetaraan ras dan gender di perusahaan. Dalam hal keberagaman, sebanyak 25 persen dari tim manajemen diisi perempuan.

Kemudian, dari jumlah komposisi pemimpin senior, 46 persen di antaranya merupakan perempuan. Pada aspek governance, BMRI berkomitmen besar dalam menjaga privasi data maupun keamanan data.

Green Bond Berbasis ESG
Ilustrasi ekonomi hijau. (pixabay)

ESG dalam Penyaluran Kredit Berkelanjutan

Dalam dunia keuangan modern, semakin banyak lembaga keuangan yang mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam penyaluran kredit mereka. Penyaluran kredit berkelanjutan telah menjadi fokus utama bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Berikut pentingnya ESG dalam penyaluran kredit berkelanjutan

1. Lingkungan (Environmental)

Pengaruh Lingkungan

Dalam penyaluran kredit berkelanjutan, aspek lingkungan sangat penting. Lembaga keuangan harus mempertimbangkan dampak proyek atau bisnis yang akan dibiayai terhadap lingkungan. Proyek yang ramah lingkungan dan meminimalkan jejak karbon akan lebih mungkin mendapatkan persetujuan kredit.

Kebijakan Lingkungan

Lembaga keuangan juga harus memastikan bahwa peminjam mereka mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku. Ini mencakup memastikan bahwa proyek-proyek yang dibiayai memenuhi standar lingkungan yang ketat dan berkontribusi pada upaya perlindungan lingkungan.

investasi hijau SRI
Ilustrasi investasi hijau SRI (Pexels)

2. Sosial (Social)

Dampak Sosial

Aspek sosial juga harus dipertimbangkan. Proyek atau bisnis yang mendukung kesejahteraan masyarakat setempat dan menciptakan lapangan kerja akan lebih mendapat perhatian dari lembaga keuangan. Selain itu, aspek kesetaraan dan keadilan juga harus diperhitungkan dalam penyaluran kredit.

Kepatuhan Sosial

Lembaga keuangan perlu memastikan bahwa peminjam mereka mematuhi prinsip-prinsip sosial, seperti hak pekerja, kesetaraan gender, dan perlindungan konsumen. Ini adalah bagian penting dari ESG dalam penyaluran kredit berkelanjutan.

Green Bond Berbasis ESG
Ilustrasi gedung perkantoran. (pixabay)

3. Tata Kelola (Governance)

Tata Kelola yang Baik

Tata kelola yang baik dalam perusahaan peminjam sangat penting. Lembaga keuangan harus memastikan bahwa peminjam memiliki struktur tata kelola yang transparan dan akuntabel. Hal ini akan membantu mencegah korupsi dan praktik tata kelola yang buruk.

Pengungkapan Informasi

Lembaga keuangan perlu memastikan bahwa peminjam memberikan informasi yang memadai tentang praktik tata kelola mereka. Ini memungkinkan lembaga keuangan untuk menilai risiko yang terkait dengan peminjaman.