ESG dan keberlanjutan menjadi salah satu Key Performance Indicator (KPI) yang diukur dalam perkembangan bisnis Danone Indonesia.
ESG Indonesia – Bisnis berkelanjutan menjadi strategi penting dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya, sehingga pengembangan bisnis berkelanjutan memungkinkan pelaku sektor bisnis mengurangi dampak lingkungan, menghemat biaya, meningkatkan reputasi, dan menciptakan peluang pasar baru.
Sejalan dengan perubahan itu, Danone Indonesia secara aktif ingin menginspirasi publik dan stakeholders tentang pentingnya kolaborasi dalam membangun Indonesia Emas 2045.
Danone Indonesia juga terus berkomitmen membawa kesehatan ke sebanyak mungkin orang melalui produk hidrasi sehat dan nutrisi ibu dan anak. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan memaparkan bahwa tema ESG sangat relevan dengan kondisi saat ini.
Gerakan bisnis hijau dan sirkuler merupakan norma baru yang dianut para pelaku usaha secara global, dan harus diketahui para pelaku usaha Indonesia. Tidak hanya komitmen secara global melalui kesepakatan PBB, para pelaku usaha juga memiliki komitmen yang sama dalam mewujudkan zero emission.
Nurul menjelaskan bahwa market juga secara global hingga generasi muda sepakat untuk membeli produk dengan kontribusi karbonnya lebih rendah, meskipun harganya lebih mahal. Sehingga pelaku usaha, komunitas dan masyarakat secara global, serta lembaga keuangan, memiliki keinginan yang sama dalam mewujudkan gerakan bisnis hijau.
Danone Indonesia memiliki komitmen untuk membawa kesehatan kepada masyarakat, tidak hanya melalui produk, tetapi juga melalui inisiatif keberlanjutan. Danone mewujudkan komitmen tersebut dengan peta keberlanjutannya yaitu “Danone Impact Journey”.
Melalui 3 pilar di dalamnya, Danone Indonesia dalam menjalankan aksi keberlanjutan diwujudkan dengan memberikan dampak pada kesehatan, kelestarian lingkungan dan dampak positif bagi komunitas baik dalam aspek karyawan maupun masyarakat secara luas. ESG dan keberlanjutan menjadi salah satu Key Performance Indicator (KPI) yang diukur dalam perkembangan bisnis Danone Indonesia.
Selain fokus pada keberlanjutan lingkungan, Danone Indonesia juga memperhatikan keberlanjutan karyawannya. Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh memaparkan berbicara masalah lingkungan, ukuran Danone yaitu Danone Impact Journey (DIJ) yang salah satunya menerapkan Positive Water Balance. Di mana air yang akan dikembalikan ke lingkungan harus lebih besar dari air yang digunakan dan memastikan selalu diukur secara independen, salah satunya BRIN.
Vera juga menyebutkan bahwa penerapan ESG kepada internal fokus terhadap kesehatan karyawan dengan mempromosikan kesehatan dan dan kesejahteraan di tempat kerja, berkomitmen untuk membangun tempat kerja yang inklusif, serta menjadi perusahaan yang ramah keluarga.
Sejak 2016, Danone memberlakukan kebijakan cuti melahirkan 6 bulan untuk para ibu dan 10 hari kerja untuk para ayah. Lewat kebijakan ini kami percaya, manusia unggul harus bisa dapat dipastikan keberlanjutannya dengan memberi mereka kesempatan untuk mencurahkan perhatian dan memberikan yang terbaik bagi anak mereka dan generasi selanjutnya sejak mereka lahir.
Lebih jauhnya dalam aspek kesehatan Danone Indonesia juga memiliki fokus untuk mendukung penurunan angka stunting di Indonesia. Dalam hal pencegahan stunting, Danone Indonesia memiliki payung gerakan bernama “Bersama Cegah Stunting” yang dikembangkan bersama multi stakeholder dan telah menjangkau lebih dari 4.5 juta penerima manfaat.
Upaya Danone Indonesia tersebut berkontribusi pada pencegahan stunting berfokus pada 3 pendekatan yaitu; Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. Program unggulan yang dilakukan di lapangan seperti program Isi Piringku, AMIR, WAS, Aksi Cegah Stunting, WASH hingga Sekolah Sehat.
Danone SN Indonesia juga berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi setiap tahapan penting kehidupan melalui ragam pengembangan produk berkualitas tinggi dan berbasis ilmiah. Mewujudkan generasi unggul Indonesia emas 2045 melalui penerapan ESG, membutuhkan peran serta kontribusi dari berbagai pihak, baik itu masyarakat, akademisi, industri, hingga pemerintah. Kolaborasi yang baik pada prinsipnya akan memberikan hasil yang baik pula.
Penerapan ESG atau keberlanjutan pada praktiknya tidaklah mudah, apalagi jika dilakukan sendiri. Sehingga, makin banyak orang yang berkolaborasi, dan makin banyak peraturan yang tersinergikan dengan baik. Vera menambahkan dengan memberikan struktur kebijakan yang menyeluruh akan mempermudah dan memotivasi semua perusahaan untuk menjadikan ESG menjadi bagian dari business model-nya.