Hidrogen merupakan sumber energi alternatif yang menjanjikan untuk kerja sama.
ESG Indonesia – Hidrogen merupakan sumber energi alternatf untuk mengurangi pengeluaran CO2 ke atmosfer bumi. Melihat hal tersebut, Maroko dan Jerman sepakat membentuk aliansi iklim dan energi terkait hidrogen.
Hal tersebut dilakukan dengan Jerman mendukung perluasan energi terbarukan dan produksi hidrogen di Maroko. Jerman memiliki tujuan untuk memanfaatkan zat tersebut sebagai sumber energi bersih untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun, produksi energi terbarukan dalam negeri Jerman tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya Jerman harus mengimpor hingga 70 persen hidrogen mereka di masa mendatang.
Sementara untuk Maroko, pihaknya memiliki kondisi terbaik untuk transisi energi dan produksi unsur kimia tersebut dan Jerman ingin mengimpor zat kimia tersebut Maroko.
“Kami ingin kemitraan ini bermanfaat bagi kedua belah pihak. Maroko dapat mengembangkan sektor energi bersihnya dan berpartisipasi dalam pasar teknologi hidrogen yang sedang berkembang,” kata Menteri Pembangunan Svenja Schulze saat menandatangani deklarasi aliansi dengan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita.
Jerman mendukung kerja sama perdagangan listrik antara Maroko dan Uni Eropa. Negara tersebut juga mendukung partisipasi perusahaan teknologi dan pemasok dari Jerman untuk memajukan ekonomi sumber energi alternatif tersebut.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya termal Maroko di Ouarzazate dibangun dengan dukungan Jerman. Jerman juga membantu Maroko membangun pabrik percontohan hidrogen hijau pertamanya.
Pabrik percontohan tersebut akan memproduksi 10.000 ton hidrogen per tahun, untuk menghasilkan 50.000 ton baja hijau, tambah kementerian tersebut.
Perjanjian tersebut tidak menyebutkan kerangka waktu kapan produksi dan ekspor zat air tersebut ke Jerman akan dimulai atau logistik yang akan terlibat.
Apa manfaat hidrogen?
Hidrogen mewakili sekitar 2 persen dari bauran energi Uni Eropa. Menurut penelitian, energi terbarukan dapat memasok sebagian besar bauran energi Uni Eropa pada 2050.
Di mana unsur kimia tersebut dapat mencapai hingga 20 persen, terutama 20 persen hingga 50 persen dari permintaan energi dalam transportasi dan 5 persen-20 persen dalam industri.
Diketahui bahwa penggunakan energi alternatif tersebut dapat secara signifikan mengurangi dampak pemanasan global dibandingkan dengan perekonomian bahan bakar fosil.
Pada Juli 2020, Komisi Uni Eropa mengusulkan strategi zat tersebut untuk Eropa yang netral iklim, yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan hidrogen dan memastikan peran Uni Eropa sebagai landasan bagi sistem energi yang netral iklim pada 2050.