Kemenkeu Sebut Realisasi Subsidi Energi dan Non Energi Turun 19,8 Persen hingga Maret 2024
ESG Indonesia – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut bahwa realisasi subsidi menurun 19,8 persen. Realisasi belanja untuk subsidi mencapai Rp30,1 triliun hingga Maret 2024, menurun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp37,5 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa menurunnya realisasi karena pembayaran subsidi yang biasanya dibayarkan pemerintah masih dalam proses audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“Ini menurun karena pembayaran subsidi biasanya melalui audit, jadi makanya untuk Januari sampai Maret untuk pembayaran reguler yang diberikan,” jelas Sri Mulyani lewat konferensi pers.
Pergerakan harga minyak dan melemahnya nilai tukar serta tagihan pembayaran subsidi akan berjalan dan terjadi pada bulan-bulan ke depan sesudah terjadinya audit. Oleh sebab itu, kata Sri Mulyani, tagihan subsidi diperkirakan akan meningkat.
Kemenkeu mencatat realisasi subsidi ini terdiri dari subsidi energi yang mencapai Rp27,9 triliun. realisasinya lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp24,5 triliun.
Realisasi subsidi energi terdiri dari Bahan Bakar Minyak (BBM) mencapai 2,81 juta kilo liter, atau turun 2,7 persen dari periode sama tahun lalu. Kemudian, LPG 3 kg realisasinya mencapai 1,33 juta metrik ton dan tumbuh 3,3 persen dari periode sama tahun lalu.
Terakhir, subsidi listrik mencapai 40,2 juta pelanggan atau meningkat 2,8 persen dari periode sama tahun lalu. Sementara untuk subsidi non energi realisasinya mencapai Rp2,2 triliun, lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp12 triliun.
Realisasi subsidi non energi ini terdiri dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp54,3 triliun, tumbuh 79,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Akan tetapi Kemenkeu tidak menjelaskan berapa besaran subsidi KUR yang sudah disalurkan.
Sri Mulyani menjelaskan, realisasi KUR yang tumbuh cukup tinggi ini dipengaruhi dorongan penyaluran KUR, karena tahun lalu penyalurannya tidak optimal. Lalu, penyaluran debitur KUR meningkat 88,6 persen atau mencapai 937.400 orang.