Permasalahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan instansi terkait saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat.
ESG Indonesia – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) terus berupaya menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup melalui pengelolaan sampah. Hal ini sebagai wujud komitmen perusahaan dalam upaya mereduksi emisi karbon.
Corporate Secretary ASDP Shelvy Arifin menyampaikan bahwa sebagai perusahaan transportasi, ASDP memiliki keterkaitan erat dengan upaya reduksi emisi karbon sehingga perusahaan berkomitmen menerapkan prinsip usaha berwawasan lingkungan di berbagai bidang mulai di pelabuhan, kapal penyeberangan, hingga lingkungan sekitarnya.
Salah satunya, melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ASDP yang menggandeng Plasticpay konsisten untuk mereduksi jejak karbon melalui keberlanjutan penggunaan Reverse Vending Machine (RVM) untuk mengurangi sampah plastik.
ASDP, lanjutnya, konsisten dalam mendukung penanganan sampah. Menurutnya, permasalahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan instansi terkait saja, melainkan seluruh lapisan, termasuk masyarakat yang dituntut untuk berperan aktif serta berkontribusi dalam menangani permasalahan sampah.
“Sebagai perusahaan yang terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan global, ASDP terus berusaha menjadi bagian dari perusahaan yang berkomitmen kuat terhadap lingkungan berkelanjutan. Tidak hanya yang berskala nasional, seperti pengoperasian kapal berbasis green shipping, tetapi juga dari lingkungan masyarakat sekitar perkantoran ASDP. Karena hal besar selalu dimulai dari hal-hal kecil didekat kita,” ujar Shelvy.
Tercatat pada periode Januari – Oktober 2023, ASDP telah berhasil mengumpulkan sampah botol plastik sebanyak 29.982 pieces dengan berat 560 kg, yang terkumpul melalui mesin RVM.
Adapun jumlah sampah botol plastik tersebut setara dengan reduksi emisi sebesar 2,091,785 (dalam gram) atau sekitar 2,09 ton karbon. Data mencatat, lebih dari 300 partisipan karyawan yang dikenal sebagai Ferizyan dan masyarakat umum yang turut serta mengumpulkan sampah plastik melalui RVM ASDP.
Selain itu, penyediaan dropbox sampah ASDP yang tersebar di Jakarta dan Merak juga mencerminkan komitmen ASDP dalam mengurangi masalah sampah plastik yang sering kali mencemari laut. Inisiatif ini juga mengajak partisipasi para Ferizyan dan pengguna jasa dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Sejalan dengan upaya menjaga lingkungan tersebut, pada bulan Agustus 2023 lalu, ASDP juga menggelar program bersih-bersih laut dan pantai dari sampah plastik bertajuk “Ocean Clean Up Day” di 27 Cabang layanan di seluruh Indonesia.
Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 29 persen pada 2030 mendatang. Langkah-langkah seperti ini tentu mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 12, 13, dan 14, yang berkaitan dengan isu lingkungan dan pengurangan penggunaan plastik.
Sebagai operator kapal terbesar di dunia, dimana mengoperasikan 226 unit kapal dan 36 unit pelabuhan, ASDP memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian lingkungan. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) terus berkomitmen untuk dapat berperan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Polusi Plastik
Seperti diketahui, polusi plastik harus ditangani secara serius mulai dari hulu, tengah, hingga hilir. Pasalnya, polusi plastik tak hanya berdampak pada lingkungan tapi juga bisa berdampak buruk terhadap habitat satwa liar dan manusia.
Bahkan, Pemerintah sedang mengimplementasikan kebijakan memerangi sampah plastik dan polusi dan telah memberlakukan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Sampah Laut dengan target menguranginya sebesar 70% pada tahun 2024.
Indonesia juga menyoroti beberapa masalah penting yang harus ditangani dalam negosiasi seperti definisi polusi plastik, ruang lingkup siklus hidup penuh plastik, plastik primer, plastik kompleks, baik kimia maupun polimer, dan langkah-langkah implementasi.
Selain itu juga memprioritaskan waste management dengan memperkuat kapasitas dan kapabilitas kita dengan beralih dari pendekatan linier ke pendekatan sirkular (3R-EPR-circular economy) melalui prinsip pengurangan melalui daur ulang atau pemulihan sumber dan sumber daya.
Bahkan dalam pertemuan ASEAN Coordination Meeting on Intergovernmental Negotiating Committee (INC) Plastic Pollution 2023, Negara-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) terus berkomitmen mengatasi persoalan lingkungan hidup.
Anggotanya pun diharapkan dapat menjadi episentrum pertumbuhan inklusif pengelolaan plastik yang memberikan dampak positif pada beberapa aspek penting yaitu peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan aspek ekonomi dan sosial melalui penerapan konsep ekonomi sirkular.