Parlemen negara MIKTA diharapkan dapat menjadi inisiator dalam memobilisasi aksi-aksi global untuk mengatasi perubahan iklim.
ESG Indonesia – Pada pertengahan tahun 2023, Sekretaris Jenderal PBB sudah memberi peringatan bahwa bumi telah memasuki era ‘global boiling’ bukan lagi sekedar ‘global warming’.
Bahkan, negara MIKTA termasuk Indonesia, beberapa bulan terakhir ini juga mengalami fenomena cuaca ekstrem sebagai dampak super El Nino yang berakibat pada cuaca panas.
Masyarakat internasional pun telah menyepakati perlunya menjaga suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat celcius. Akan tetapi, berbagai ahli sampaikan bahwa target ini akan dilewati sebelum akhir dekade ini.
Menaggapi hal itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan Forum MIKTA Ke-9 yang diikuti oleh lima negara yakni Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia akan turut membahas mengenai isu perubahan iklim yang menjadi sorotan dunia internasional.
“Tadi juga berbicara tentang climate change dan juga terkait hal-hal ekonomi yang saat ini ini kita dalam situasi yang tidak cukup baik, termasuk di negara-negara yang lain,” terang Puan dalam keterangan rilis yang dikutip esgindonesia, Selasa (21/11/23).
Kelima negara tersebut juga akan bersepakat untuk menghasilkan joint statement pada forum MIKTA ini, terutama terkait keadaan ekonomi global sehingga nantinya diharapkan dapat berjalan dengan baik. Forum ini juga diharapkan bisa mendukung dan bersinergi dengan Pemerintah dari negara MIKTA.
Sebagai tuan rumah, DPR RI mengangkat tema “Strengthening Multilateralism, Addressing Intergenerational Challenges” pada MIKTA Speaker’s Consultation ke-9. Pimpinan Parlemen Anggota MIKTA akan melaksanakan forum konsultasi yang bertujuan memformulasikan bagaimana parlemen negara MIKTA dapat memperkuat kerja samanya.
“Pada pertemuan MIKTA kali ini juga akan membahas bagaimana peran parlemen dalam mendorong reformasi tata kelola global. Hal ini agar sistem multilateral bisa tetap relevan dalam menjawab permasalahan dunia,” urai Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Isu perubahan iklim yang akan turut dibahas dalam forum ini yaitu upaya bersama untuk mengurangi emisi dan meningkatkan aksi adaptasi. Puan menegaskan, DPR RI pun selalu mempromosikan pentingnya mengurangi zat karbon demi menjaga bumi untuk sekarang dan masa depan.
“Kami juga menggarisbawahi pentingnya pelibatan generasi muda sebagai motor penggerak dan agen perubahan untuk menciptakan dunia yang aman dan sejahtera,” sebutnya.
Oleh karena itu, Ia berharap melalui pertemuan pimpinan parlemen negara MIKTA bersama Presiden Jokowi akan semakin mempererat hubungan antarnegara. Dengan begitu, negaramiddle power(kekuatan menengah) bisa ikut menyelesaikan berbagai tantangan dunia.
“Saya juga berharap melalui pertemuan ini, kita semua dapat terus mengembangkan hubungan bilateral di antara negara anggota MIKTA,” pungkas Legislator dapil Jawa Tengah V itu.
Melalui Forum MIKTA Speakers Consultation ke-9 ini, negara-negara MIKTA diharapkan dapat menjadi inisiator dalam memobilisasi aksi-aksi global untuk mengatasi perubahan iklim dan juga harus menjembatani kepentingan antara negara maju dan negara berkembang. Kita perlu memastikan tidak ada satu negara pun yang tertinggal.
“Saya berharap forum Parlemen MIKTA ini dapat menghadirkan pendekatan baru, khususnya untuk mendorong realisasi komitmen berbagai negara,” ungkap Puan.
Ia juga mengajak kelima parlemen negara tersebut untuk menjadi inisiator dalam memobilisasi aksi-aksi global untuk mengatasi perubahan iklim.
“Kita harus memilikisense of urgency, karena hal ini berkaitan dengan kelangsungan hidup umat manusia. Dampak perubahan iklim yang luas membuat seluruh aspek kehidupan akan terkena pengaruhnya,” pungkasnya.
Upaya Kolektif Lintas Negara
Senada dengan Puan, Anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Puteri Anetta Komarudin menyatakan isu mengenai perubahan iklim perlu diangkat dalam Forum MIKTA Speakers’ Consultationke-9. Hal itu karena perubahan iklim ini merupakan isu global yang juga harus diselesaikan dengan upaya kolektif lintas negara.
“Melalui forum ini (Forum MIKTA Speakers’ Consultation ke-9), kita juga bisa mendalami sudah sejauh mana implementasi atas komitmen dari negara maju dan negara berkembang dalam penanganan isu ini,” ujar Puteri dalam keterangan tertulis, yang dikutip esgindonesia, Selasa (21/11/2023).
Lebih lanjut Putri mengatakan, MIKTA yang merupakan forum konsultatif antar 5 negara yaitu Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, berperan efektif untuk menjadi jembatan dalam melibatkan semua negara, dunia usaha dan masyarakat untuk segera bertindak, membuat langkah-langkah untuk mengurangi emisi dalam skala global.