Indonesia memainkan peran penting dalam mengakselerasi dekarbonisasi di Asia. Bank DBS melihat peluang Indonesia cukup besar untuk menjalankan agenda keberlanjutan.
Dalam mempercepat ambisi DBS Bank Ltd (DBS Group) mencapai emisi nol bersih (net-zero emissions) jelang tahun 2050, Bank DBS Indonesia memperkenalkan Indonesia Sustainability Council, yakni dewan yang membantu menjalankan strategi dan roadmap perusahaan dalam mengatasi isu-isu environment, social, dan governance (ESG).
Selain menciptakan masa depan berkelanjutan, Indonesia Sustainability Council akan mengoordinasikan upaya-upaya berkelanjutan DBS Group bersama Group Sustainability Council dan dewan keberlanjutan lainnya di lima pasar utama DBS Group di luar Singapura.
Inisiatif tersebut juga merupakan bentuk komitmen Bank DBS Indonesia dalam mendukung visi DBS Group untuk menjadi “Best Bank for A Better World” melalui tiga pilar keberlanjutan, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practice, dan Impact Beyond Banking.
Selain membentuk Sustainability Council, DBS Group juga menerbitkan panduan “Our Path to Net Zero” yang berisi agenda percepatan keberlanjutan DBS Group. Helge Muenkel, selaku Chief Sustainability Officer, DBS Group mengatakan target dekarbonisasi DBS Group dibuat berlandaskan sains. Hal tersebut merupakan salah satu yang paling ambisius dan komprehensif di industri perbankan global.
Adapun sembilan sektor yang menjadi fokus dalam panduan tersebut adalah sektor aviasi, otomotif, properti, kimia, pangan dan pertanian, minyak dan gas, energi, baja, dan pelayaran. Secara keseluruhan, kesembilan sektor prioritas ini diakui sebagai beberapa sektor penghasil karbon terbesar dalam ekonomi riil dan secara kolektif menyumbang sebagian besar emisi gas rumah kaca global.
“Kedepannya, DBS Group senantiasa mewujudkan dan mengoperasionalkan target emisi nol bersihnya dengan berfokus pada area-area prioritas berikut, yaitu sumber daya manusia, data, proses, serta perangkat analisis, yang merupakan esensi dari perwujudan target emisi nol bersih DBS Group,” ujar Chief Sustainability Officer DBS Group, Helge Muenkel dalam keterangan resminya.
Menurutnya, meski transisi di Asia sangat kompleks, seperti tantangan sosio-ekonomi, namun tetap penting berkomitmen secara nyata menuju masa depan rendah karbon. Dari lebih dari 140 negara yang mengumumkan target nol karbon, 25 negara diantaranya berada di Asia, dengan komitmen yang mencakup sekitar 47% emisi global.
Selanjutnya, korporasi di Asia kini juga banyak yang sudah menetapkan target dekarbonisasi berbasis sains. Dari 60 perusahaan pada tahun 2019, kini terdapat lebih dari 1.000 perusahaan di tingkat regional – mewakili seperempat penandatangan secara global.
“Indonesia memainkan peran penting dalam mengakselerasi dekarbonisasi di Asia karena Indonesia saat ini menjadi negara dengan aktivitas batu bara terbanyak,” ungkap Helge.
Pembiayaan transisi, kata Helge, merupakan faktor pendorong utama bagi perusahaan dalam beralih dari brown energy ke green energy, serta harus menjadi bagian dari rangkaian instrumen keuangan termasuk blended finance untuk memungkinkan pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 2020, DBS Group telah meluncurkan Sustainable and Transition Finance Framework and Taxonomy untuk menjawab permintaan yang terus meningkat di bidang pembiayaan transisi di Asia.
“Kemampuan untuk mengurangi financial emissions merupakan bagian dari keberhasilan upaya dekarbonisasi nasabah kami, dan kami berkomitmen untuk mendampingi mereka selama proses tersebut,” pungkasnya.
Indonesia dengan berani menyampaikan ambisi untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 – atau lebih cepat. Sementara itu, DBS Group mencanangkan rencana dalam mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, lebih cepat dari sejumlah negara tempat DBS Group beroperasi. Terlepas Indonesia saat ini merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, Indonesia beruntung memiliki sumber daya energi terbarukan dan berkelanjutan yang melimpah.
“Di Indonesia, kami melihat peluang untuk menjalankan agenda keberlanjutan sangat besar melalui berbagai solusi pembiayaan. Kami percaya bahwa kemitraan yang kolaboratif dan strategis di antara para pelaku industri dan pembuat kebijakan akan menginspirasi dan menciptakan lebih banyak praktik berkelanjutan yang serupa untuk mengatasi isu-isu ESG,” ujar Kunardy Lie selaku Chairman of Indonesia Sustainability Council, PT Bank DBS Indonesia.
“Menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Didukung oleh konektivitas kami di Asia dan keahlian kami dalam pembiayaan transisi, kami memiliki aspirasi untuk membantu mempercepat proses dekarbonisasi perusahaan,”sambungnya.
Komitmen DBS Group untuk pembiayaan berkelanjutan mulai dari pinjaman hijau, pinjaman energi terbarukan, pinjaman keberlanjutan, dan pinjaman transisi tercatat sebesar SGD61 miliar hingga akhir tahun 2022, melebihi target SGD 50 miliar dua tahun sebelumnya.
Di Indonesia, per bulan Juli 2023, pembiayaan keberlanjutan termasuk transition loan telah mencapai Rp4 triliun atau naik 253% sejak tahun lalu yang mayoritas disalurkan untuk sektor real estate, energi terbarukan, dan industri manufaktur serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selain itu, Green Savings juga menarik minat nasabah untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui persentase yang dihasilkan dari tabungan mereka.
Di bidang sosial, Bank DBS Indonesia juga melakukan berbagai kerja sama dengan berbagai pihak seperti perusahaan, start up, dan wirausaha sosial untuk menghadirkan solusi bagi isu-isu lingkungan dan sosial yang komprehensif. Salah satunya mengoordinasikan pengelolaan sampah organik dengan mitra wirausaha sosial untuk kampanye #MakanTanpaSisa.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi sampah makanan yang telah mencapai 276 ton makanan per Juli 2023 sejak diluncurkan pada tahun 2020. Selain itu, DBS Foundation Grant Program 2022 memberikan dana hibah kepada wirausaha sosial Waste4Change, Tridi Oasis, dan SukkhaCitta untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis dan dampak positif yang mereka ciptakan.