Ford Hentikan Ekspansi Produksi Kendaraan Listrik, Telan Rugi Rp 73 Triliun
ESG Indonesia – Ford menyatakan bahwa rencana untuk menunda atau memotong pengeluaran sebesar US$ 12 miliar atau Rp 187 miliar untuk kendaraan listrik.
“Ford sedang memikirkan kembali strategi kendaraan listriknya, termasuk menilai kembali kebutuhan integrasi vertikal baterai,” kata CEO Jim Farley kata CEO Jim Farley, dikutip dari CNBC, Minggu (10/2).
Pernyataan tersebut dinilai merupakan sinyal perubahan rencana Ford untuk kendaraan listrik, yang penjualannya tumbuh lebih lambat dari perkiraan.
“Salah satu hal yang kami manfaatkan dalam mengambil beberapa penundaan waktu adalah merasionalisasi tingkat dan waktu kapasitas baterai kami untuk memenuhi permintaan dan benar-benar menilai kembali integrasi vertikal yang kami andalkan, dan bertaruh pada bahan kimia dan kapasitas baru,” kata Farley saat laporan pendapatan kuartal produsen otomotif tersebut.
Farley menegaskan kembali bahwa perusahaannya masih yakin kendaraan listrik akan tumbuh. Namun, adopsi secara luas bagi konsumen pasar massal tidak akan terjadi sampai biayanya lebih sesuai dengan kendaraan tradisional. Kendaraan listrik biasanya lebih mahal ribuan dolar dibandingkan kendaraan bertenaga BBM.
Namun, kerugian itu diimbangi oleh keuntungan armada perusahaan dan unit mesin pembakaran internal tradisional. Kedua bisnis tersebut menghasilkan lebih dari US$ 7 miliar setiap tahunnya.
Lawler mengatakan unit tersebut harus berdiri sendiri. Perusahaan juga menarik target unit kendaraan listriknya yang menuntut margin 8% pada t2026.
Perusahaan telah menetapkan target penjualan dua juta kendaraan setiap tahun pada saat itu. Ketika Ford mundur dan mengevaluasi kembali bisnis kendaraan listrik, Ford bermaksud untuk bersandar pada penjualan kendaraan hibrida, khususnya truk. Perusahaan mengharapkan penjualan hybridnya meningkat 40% tahun ini. Mereka menjual 133,743 kendaraan hybrid di AS pada tahun 2023.