Mewujudkan generasi unggul Indonesia Emas 2045 melalui penerapan ESG, membutuhkan peran serta kontribusi dari berbagai pihak, baik itu masyarakat, akademisi, industri, hingga pemerintah.
ESG Indonesia – Guna mewujudkan visi keberlanjutan Indonesia emas 2045, penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) dinilai sangat relevan dengan kondisi iklim dunia saat ini. Hal ini disampaikan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan, dalam sesi diskusi bersama pemimpin dari berbagai industri di Indonesia pada Kompas CEO Forum 2023 di Hotel Shangrila, Jakarta.
Menurutnya, gerakan bisnis hijau dan sirkuler merupakan norma baru yang dianut para pelaku usaha secara global, dan harus diketahui para pelaku usaha Indonesia. Tidak hanya komitmen secara global melalui kesepakatan PBB, para pelaku usaha juga memiliki komitmen yang sama dalam mewujudkan zero emission.
Nurul menjelaskan bahwa market juga secara global hingga generasi muda sepakat untuk membeli produk dengan kontribusi karbonnya lebih rendah, meskipun harganya lebih mahal. Sehingga pelaku usaha, komunitas dan masyarakat secara global, serta lembaga keuangan, memiliki keinginan yang sama dalam mewujudkan gerakan bisnis hijau.
Pengembangan bisnis keberlanjutan merupakan strategi penting dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya. Upaya pengembangan bisnis berkelanjutan memungkinkan pelaku sektor bisnis mengurangi dampak lingkungan, menghemat biaya, meningkatkan reputasi, dan menciptakan peluang pasar baru.
Disebutkan Nurul, Istilah ESG kini sedang ramai diperbincangkan di berbagai penjuru dunia. Perkembangan isu lingkungan dan sosial yang terus menarik perhatian ahli ekonomi, investor, aktivis lingkungan hidup dan masyarakat umum membuat kaidah baru ini populer.
Mewujudkan generasi unggul Indonesia emas 2045 melalui penerapan ESG, membutuhkan peran serta kontribusi dari berbagai pihak, baik itu masyarakat, akademisi, industri, hingga pemerintah. Kolaborasi yang baik pada prinsipnya akan memberikan hasil yang baik pula, salah satunya generasi cerdas dan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Seperti diketahui, tahun 2045 merupakan momentum bersejarah, karena Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Indonesia Emas 2045.
Penerapan ESG atau keberlanjutan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 pada praktiknya tidaklah mudah, apalagi jika dilakukan sendiri. Sehingga, makin banyak orang yang berkolaborasi, dan makin banyak peraturan yang tersinergikan dengan baik. Dengan memberikan struktur kebijakan yang menyeluruh akan mempermudah dan memotivasi semua perusahaan untuk menjadikan ESG menjadi bagian dari business model-nya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa isu Climate Change atau perubahan iklim juga membayangi Indonesia yang sangat rentan terhadap dampaknya. Untuk menghadapi risiko perubahan iklim itu, banyak perusahaan dunia yang telah merespon dengan mengumumkan komitmen net-zero atau carbon-neutral untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan berinvestasi dalam menjaga kondisi iklim.
Saat ini, mulai banyak investor dan pengambil kebijakan yang menyadari pentingnya investasi terhadap bisnis yang mengadopsi prinsip-prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) dengan tujuan melindungi bisnis dari risiko yang tak terduga di masa depan.
“Berbagai kajian empirik telah membuktikan bahwa implementasi ESG berkorelasi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahan dengan penerapan ESG kuat akan lebih mudah memasuki pasar baru dan memperluas operasi, karena lebih banyak negara yang memudahkan penerbitan izin bagi perusahaan semacam itu,” terang Menko Airlangga.
Bisnis dengan tata kelola yang baik (good governance) juga akan mampu menghadapi berbagai tekanan dari regulator, para aktivis lingkungan, serikat pekerja, dan sebagainya. Disamping itu, konsumen juga lebih menyukai merek produk yang menjunjung nilai-nilai yang baik dan ramah lingkungan.
Investasi yang mengedepankan aspek ESG maupun Sustainable Development Goals (SDGs) juga mengalami tren peningkatan seiring semakin pedulinya investor terhadap isu-isu keberlanjutan. Pada tahun 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hanya 1 produk ESG di pasar modal, sementara di tahun 2021 jumlahnya meningkat drastis menjadi 15 produk dengan nilai Rp3,45 triliun. Pemerintah pun telah menerbitkan SDG Bond perdana pada 2021 lalu dan juga obligasi bertema SDG senilai total Rp35,2 triliun.
Masuknya topik transisi energi sebagai salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia juga membuktikan komitmen Pemerintah dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Presidensi G20 kali ini telah menghasilkan salah satu concrete deliverables dengan diluncurkannya Country Platform untuk Mekanisme Transisi Energi bersama ADB dan PT SMI. Platform ini menjadi kerangka yang menyediakan pembiayaan transisi energi dengan memobilisasi dana dari publik dan swasta secara berkelanjutan, serta dapat diadopsi di negara lain sesuai kebutuhannya.