Kegiatan Eco-Ranger Bootcamp diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan melalui pengelolaan sampah yang terintegrasi.
ESG Indonesia – Induk holding BUMN Farmasi, Biofarma berkolaborasi dengan Inovasi Muda Foundation menggelar pelatihan pengelolaan sampah terpadu yang bertajuk Eco-Ranger Bootcamp.
Pelatihan ini digelar bagi masyarakat Desa Gili Gede Indah, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 24-25 Januari 2024 di Bank Sampah Desa Gili Gede Indah.
Suharta Wijaya Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko mengatakan, Eco-Ranger Bootcamp merupakan salah satu kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Bio Farma pada pilar lingkungan.
“Kegiatan Eco-Ranger Bootcamp merupakan tindak lanjut dari kegiatan relawan bakti BUMN dari Kementerian BUMN yang sebelumnya dilaksanakan pada bulan Agustus 2023.” ujar Suharta.
“Kegiatan ini secara holistik bertujuan untuk menciptakan perubahan positif di Gili Gede Indah, Nusa Tenggara Barat, dengan fokus pada peningkatan kualitas lingkungan melalui pengelolaan sampah yang terintegrasi dan pembangunan berkelanjutan” lanjut Suharta saat menjelaskan tujuan Eco-Ranger Bootcamp.
VP TJSL, Aset & Umum Bio Farma, Tjut Vina menyampaikan bahwa sebagai bentuk komitmen terhadap keperdulian lingkungan, Bio Farma turut serta meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat Desa Gili Gede Indah dalam pengelolaan sampah. Yakni melalui kegiatan Eco-Ranger Bootcamp dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan memberikan berbagi pelatihan.
“Rangkaian kegiatan dalam Eco-Ranger Bootcamp ini meliputi sosialisasi pengelolaan sampah terpadu, pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi kompos dengan menerapkan metode Takakura, dan pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah plastik.” tutur Tjut Vina.
“Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan, Bio Farma juga memberikan dukungan sarana dan prasarana pengolahan sampah melalui Eco Compact, sebuah rangkaian mesin pengolah sampah terpadu yang mampu mencacah, membersihkan, dan meng-press sampah untuk mengurangi volume sampah secara efisien” ungkap Tjut Vina lebih detail soal Eco-Ranger Bootcamp.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bio Farma yang telah memberikan berbagai dukungan kepada masyarakat di wilayah kami. Berbagai dukungan dalam kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pariwisata di Desa Gili Gede Indah.”ujar Awaludin.
“Kami berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut sehingga memberikan dampak positif yang signifikan bagi keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di desa kami,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Gili Gede Indah merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Lombok yang menawarkan keindahan alam bawah laut, keanekaragaman hayati, dan kehidupan maritim yang memukau. Tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi Gili Gede Indah memberikan potensi ekonomi yang signifikan untuk wilayah tersebut.
Namun, kenaikan jumlah kunjungan wisatawan berimplikasi pada peningkatan volume sampah, terutama jenis sampah plastik dan non-organik. Kurangnya efektivitas dalam pengelolaan sampah dapat menjadi ancaman terhadap keberlanjutan ekosistem dan menurunkan daya tarik destinasi wisata Gili Gede Indah.
Dampak Buruk Sampah
Besaran sampah di tanah air yang cenderung terus bertambah tiap tahun, bukan semata angkanya yang terus membesar, melainkan cara penanganannya. Sampah yang tidak tertangani dengan benar menjadi sumber pencemaran bahkan bencana, baik di darat maupun perairan seperti sungai dan laut.
Kondisi itu harus diakui tidak terlepas dari semakin meningkatnya jumlah penduduk, sementara tempat pembuangan maupun pengelolaan sampah begitu terbatas. Belum lagi persoalan kesadaran masyarakat yang belum merata.
Sebelumnya, Bank Dunia juga pernah membuat laporan yang dirilis pada 2018 disebutkan bahwa setiap orang di dunia rata-rata menyumbang 0,74 kg sampah per hari.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dari hasil input dari 202 kabupaten/kota se-Indonesia pada tahun 2022 menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton.
Dari total produksi sampah nasional tersebut, sebanyak 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Selanjutnya lembagaSustainable Waste Indonesia(SWI) menyebutkan, dari total sampah nasional per tahun. Sampah plastik menguasai lima persen atau 3,2 juta ton dari total sampah.
Dari jumlah tersebut, produk air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek menyumbang 226 ribu ton atau 7,06 persen dan sebanyak 46 ribu ton atau 20,3 persen dari total timbulan sampah produk AMDK bermerek merupakan kemasan gelas plastik.
Agar sengkarut sampah di tanah air tidak berlarut, selayaknya pengelolaannya dilakukan secara terpadu. Langkah awal untuk ini dilakukan Kementerian LHK dengan cara melarangopen dumping.Artinya, sampah yang semula hanya dibuang saja (tanpa diolah) sehingga membuat penumpukan, kini harus diolah terlebih dulu.
Larangan itu berlaku seiring dengan terbitnya UU Pengelolaan Sampah tahun 2008. Sejak itu, pengelolaan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) terpadu, didorong untuk kreatif. Antara lain, mengubahnya menjadi energi melaluiinsentilatoratauRefuse–DerivedFuel. Bukan hanya energi, tapi juga dipilah dan diolah kembali menjadi bahan baku produk lain.