Program Co-firing Mampu Kurangi Emisi Karbon 1,1 Juta Ton
ESG Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi capaian kinerja subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) di tahun 2023 tumbuh pesat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya realisasi program co-firing di 43 lokasi PLTU.
Plt. Direktur Jenderal EBTKE Jisman P. Hutajulu mengatakan, realisasi program co-firing di tahun 2023 mencapai 991.000 ton biomassa, menghasilkan 1,04 Terawatt Hour (TWh) green energy serta penurunan emisi GRK 1,05 juta ton CO2e.
“Capaian ini menunjukkan bahwa program ini telah berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan,” ujar Jisman P. Hutajulu pada saat konferensi pers capaian kinerja subsektor EBTKE tahun 2023 di Jakarta, Minggu (21/1).
Co-firing adalah proses pembakaran campuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar EBT, seperti biomassa, biogas, atau hidrogen. Program ini dilakukan dengan mencampur biomassa, seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan cangkang sawit, dengan batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Menurut Jisman, Implementasi program ini menjadi salah satu solusi yang tepat untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) tanpa menambah jumlah pembangkit baru.
“Co-firing merupakan salah satu teknologi yang potensial untuk meningkatkan bauran EBT,” tambah Jisman.
Di tahun 2023, sebanyak 7 lokasi PLTU akan go live, menjadi total 43 lokasi. Tambahan 7 lokasi PLTU: PLTU Ombilin, PLTU Bengkayang, PLTU Holtekamp, PLTU Ampana, PLTU Tenayan, PLTU Tidore, dan PLTU Teluk Sirih.
Jisman mengatakan, pemerintah akan terus mendorong realisasi program inidi tahun-tahun mendatang. Pemerintah menargetkan realisasi program co-firing sebesar 2.830 ribu ton pada tahun 2024. “Kami akan terus berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan target tersebut,” tutup Jisman.